Renyahnya Aneka Keripik Khas Lampung
Senin, 7 Desember 2015 - 14:01 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
- Di Jalan Pagar Alam, Bandar Lampung, pisang menjadi makanan olahan yang banyak dicari. Tidak hanya rasa manis, banyak rasa yang bisa didapatkan di tempat ini, sehingga membuat sajian pisang terlihat lebih menarik.
Baca Juga :
Agensi Kim Soo Hyun Ajukan Komplain ke Keluarga Kim Sae Ron dan Ancam Bakal Ambil Tindakan Hukum
Baca Juga :
Bayer Dorong Pertanian dan Kesehatan Indonesia dengan Inovasi Berbasis Sains dan Berkelanjutan
Keripik pisang menjadi lebih beraneka rasa berkat inovasi para pengusaha di sana. “Saya baru satu tahun berbisnis keripik ini. Sebelumnya, saya bekerja membantu orang lain sebagai penjual keripik juga. Setelah modal terkumpul, saya buka sendiri,” ucap Suwarti penjual kripik pisang.
Diakui wanita 40 tahun ini, seperti di toko-toko lainnya mereka tidak hanya menjual keripik pisang. Tapi ada keripik singkong, sukun, talas, dan ubi jalar. Dalam hal produksi, setidaknya dalam seminggu ia memasak sebanyak tiga kali. Sekali produksi, bahan 500 sisir pisang kepok atau ambon ludas digoreng.
“Disesuaikan juga dengan kebutuhan sih. Tapi rata-rata produksi, kalau pisang sekitar 400 sisir. Dulu saya membuka toko ini modalnya Rp25 juta. Alhamdulillah, saat ini omset saya dalam sehari minimal Rp500 ribu atau dalam seminggu bisa terjual 50 kg keripik. Paling laku tetap pisang aneka rasa itu,” ujar Sunarti yang mempekerjakan 4 karyawan.
“Kalau saya sudah sejak 5 tahun lalu. Modalnya dulu hanya dua juta rupiah. Saya bersyukur karena saat ini, keripik pisang saya dalam seminggu bisa terjual sampai satu kuintal. Kalau keripik lainnya seperti singkong, sehari bisa terjual 6 karung,” ujar Tohir yang berjualan kripik di kawasan Pagar Alam. Namun, di kala ramai, omsetnya bisa tembus Rp5 juta sehari.
Lain halnya dengan kisah yang dialami oleh Santi, perjuangannya membangun usaha keripik terbilang gigih. Ia memulai usaha ini sejak masih duduk di bangku SMA. “Awalnya, tidak seramai ini. Hanya ada saya dan beberapa penjual keripik lain saja. Tempat ini juga belum dijadikan kawasan sentra keripik Lampung. Baru belakangan ini saja diresmikan oleh pemerintah,” ungkapnya.
Kini, Shinta, yang menamai toko keripiknya dengan nama Istana Keripik Shinta, dalam sebulan sudah mampu memperoleh omset hingga Rp60 juta. Ada delapan rasa yang ia jual dengan harga Rp40 ribu per kilogram. “Dari delapan rasa itu, yang paling banyak dibeli adalah rasa coklat dan rasa keju,” ujar Shinta.
(mus)
Halaman Selanjutnya
“Disesuaikan juga dengan kebutuhan sih. Tapi rata-rata produksi, kalau pisang sekitar 400 sisir. Dulu saya membuka toko ini modalnya Rp25 juta. Alhamdulillah, saat ini omset saya dalam sehari minimal Rp500 ribu atau dalam seminggu bisa terjual 50 kg keripik. Paling laku tetap pisang aneka rasa itu,” ujar Sunarti yang mempekerjakan 4 karyawan.