Teknologi Kogenerasi Bikin Hemat Listrik Sampai Rp42 Triliun
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Kepala Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Andhika Prastawa, menyebutkan penerapan teknologi kogenerasi untuk pembangkit tenaga listrik di tiga bidang sektor, yaitu industri, komersil dan manufaktur, akan menghemat pengeluaran listrik sekitar Rp42 triliun per tahun.
Dia mengatakan, teknologi kogenerasi merupakan teknologi yang memanfaatkan sisa panas dari industri untuk dipakai sebagai sumber energi listrik. Teknologi tersebut juga berfungsi mengurangi dampak lingkungan.
“Bahwa di tiga sektor, sektor industri, komersil dan manufaktur itu terdeteksi adanya potensi penerapan teknologi kogenerasi, yaitu pemanfaatan sisa panas dari industri, kemudian dibangkitkan sumber energi listrik,” kata Andhika, di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Desember 2015.
Andhika menjelaskan, tiga sektor tersebut bisa menghemat pengeluaran biaya listrik dengan memanfaatkan sisa panas industri tersebut. Penerapan kogenerasi itu bisa menghasilkan energi listrik 6.500 Megawatt Hours (MWh) per tahun. Sehingga, secara kesuluruhan, diperhitungkan bisa menghasilkan pembangkit listrik 45 ribu Gigawatt Hours (GWh).
"Bila 6.500 MWh diterapkan kogenerasi, ia bisa menghasilkan listrik tanpa harus membakar bahan bakar lagi. Hanya dengan sisa panas yang kemudian didaur ulang menjadi sumber energi listrik lagi dan kemudian keseluruhan (sektor) menghasilkan sekitar 45ribu GWh," jelasnya.
Sementara disebutkan untuk pengeluaran listrik tiga sektor tersebut diestimasi sekitar Rp42 triliun per tahun.
“Berapa penghematan atau pemborosan yang bisa bisa di-cover menjadi penghematan listrik adalah sekitar Rp42 triliun,” katanya.
Andhika menambahkan, teknologi kogenerasi berfungsi membuat industri mendapatkan listrik tanpa mengeluarkan biaya.