Di Tengah Kemajuan Bangsa, Kearifan Lokal Harus Dijaga
VIVA.co.id – Pimpinan Fraksi PPP MPR RI Achmad Dimyati Natakusumah, menyerahkan tokoh wayang golek kepada Ki Dalang Anang Sonjaya sebagai tanda dimulainya pagelaran seni budaya wayang golek dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kecamatan Panimbang, Pandeglang, Minggu 29 Nopember 2015.
Ratusan warga desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, menyaksikan pagelaran wayang golek yang mengambil lakon Jaka Tamilung/Cepot Rarabi di Alun-Alun Desa Citeureup. Hadir juga dalam pagelaran ini Camat Panimbang Agus Mursalin, serta jajaran Muspika setempat.
Sebelum menyerahkan tokoh wayang golek, Dimyati mengungkapkan bahwa pagelaran wayang golek ini merupakan kerjasama dengan MPR RI dan Badan Kordinasi Percepatan Pembangunan Panimbang. "Ini merupakan hiburan bagi masyarakat di Kecamatan Panimbang yang menginginkan sebagai daerah otonomi baru Cibaleung," katanya.
Berbicara di depan penonton yang menyaksikan pagelaran wayang, Dimyati juga menyisipkan pesan-pesan Empat Pilar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Kita harus mengamalkan Pancasila untuk mewujudkan masyarakat Pandeglang yang adil dan sejahtera," ujarnya.
Dimyati mengingatkan seberapa maju sebuah masyarakat yang sudah membangun infrastruktur fisik seperti bandara, pelabuhan, jalan tol, tapi jangan melupakan kearifan lokal. "Seni budaya wayang golek adalah salah satu kearifan lokal," ujarnya.
Kearifan lokal itu, lanjut Dimyati, harus dijaga. "Di tengah kemajuan bangsa, kearifan lokal itu harus dijaga," pintanya. MPR juga berperan dalam menjaga kearifan lokal dengan menyelenggarakan pagelaran seni budaya sebagai salah satu varian dalam metode sosialisasi Empat Pilar MPR.
Dalam hal Bhinneka Tunggal Ika, Dimyati menyatakan miris bila masih ada pejabat atau elit politik yang berbicara soal pribumi dan non pribumi. "Dari manapun asalnya, apakah suku Jawa, Sumatera, dan lainnya tetap harus dihormati. Jangan membeda-bedakan sehingga timbul diskriminasi dan egosentris," katanya.