Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Anggota Komisi X DPR RI Dadang Rusdiana mengatakan guru pahlawan tanpa tanda jasa yang nasibnya tidak berbanding lurus dengan pengorbanan yang dilakukannya.
"Terutama bila kita berbicara guru honor di daerah yang memiliki penghasilan jauh dari standar di tengah kehidupan ekonomi yang menghimpit. Dengan honor Rp300 ribu tidak mungkin kita menuntut prestasi baik dari para guru. Tuntutan prestasi itu harus sebanding dengan apa yang diberikan kepada guru," ujarnya di Senayan, Rabu 25 November 2015.
Ia menambahkan, problem berikutnya adalah masalah pemerataan guru di tanah air ini. Jarang ada guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil karena pengorbanan mengajar di daerah terpencil tidak mudah. Kesulitan geografis dan resiko lainnya adalah tantangan yang nyata bagi para guru di daerah terpencil.
"Masalah lainnya adalah masalah kompetensi yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi para guru. Pemerintah harus terus mendorong pendidikan dan latihan agar guru mampu menjawab tuntutan jaman, agar para pahlawan memiliki keterampilan yang memadai sebagaimana tuntutan standar kompetensi," ucap politisi Hanura ini.
Namun demikian, tambahnya, kita sepakat bahwa bangsa ini akan maju bila kita memberikan perhatian besar terhadap profesi guru ini.
"Ke depan untuk menjadi guru pemerintah harus melakukan seleksi yang ketat, dan konsekuensi dari seleksi yang ketat tersebut, kompensasipun diberikan dengan memadai sehingga profesi guru menjadi "profesi yang elit dan strategis", bukan sebatas jargon. Dirgahayu Guru Indonesia," katanya.