Ini Dampak Perubahan Iklim pada 690 Juta Anak di Dunia
Rabu, 25 November 2015 - 10:58 WIB
Sumber :
- ANTARA/Lucky R
VIVA.co.id
- Konferensi perubahan iklim yang dilaksanakan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan digelar sebentar lagi. Pertemuan yang dilakukan di Paris itu membuat semua badan PBB membuat laporan terkait dengan dampak perubahan iklim di masing-masing kepentingan.
United Nations Children's Fund (UNICEF) merilis data terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap anak-anak di dunia. Menurut mereka, ada lebih dari 690 juta anak di dunia yang berisiko terkena dampak perubahan iklim.
Dilansir melalui IB Times UK, Rabu, 25 November 2015, laporan UNICEF menemukan adanya 530 juta anak di seluruh dunia yang tinggal di wilayah sangat rawan banjir. Sedangkan 160 juta lainnya tinggal di daerah yang kerap terkena kekeringan.
Menurut UNICEF, laporan ini seharusnya cukup dijadikan peringatan bagi organisasi dunia agar bisa memberikan perhatian dan mencari solusi perubahan iklim.
"Saat ini, anak-anak memang tidak memiliki tanggung jawab untuk mengatasi perubahan iklim, namun justru mereka yang harus hidup dengan segala konsekuensinya," ujar Executive Director UNICEF, Anthony Lake.
Menurut Lake, dari total jumlah anak yang tinggal di area rawan banjir, sebanyak 300 juta di antaranya berada di negara dengan tingkat kemiskinan sampai 50 persen. Artinya, satu kepala keluarga hanya memiliki pendapatan US$3,10 per hari.
"Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim telah menghasilkan banyak cuaca ekstrim. Jika situasi ini terus sama dan tidak ada aksi yang dilakukan, ke depannya akan menjadi bencana yang tidak bisa dihindarkan," kata Lake.
Banjir, kekeringan dan gelombang panas, menurut laporan UNICEF, tidak hanya menyebabkan ribuan orang meninggal setiap tahun. Fenomena ini juga mampu menyebarkan malaria, diare dan kekurangan gizi. Ini merupakan tiga kontributor besar yang mempengaruhi hidup anak.
"Terlebih lagi, banyak anak yang tidak memiliki sanitasi layak dan air bersih," katanya.
Baca Juga :
Waspada DBD, Nyamuk Tak Mempan Lagi Fogging
Menurut UNICEF, laporan ini seharusnya cukup dijadikan peringatan bagi organisasi dunia agar bisa memberikan perhatian dan mencari solusi perubahan iklim.
"Saat ini, anak-anak memang tidak memiliki tanggung jawab untuk mengatasi perubahan iklim, namun justru mereka yang harus hidup dengan segala konsekuensinya," ujar Executive Director UNICEF, Anthony Lake.
Menurut Lake, dari total jumlah anak yang tinggal di area rawan banjir, sebanyak 300 juta di antaranya berada di negara dengan tingkat kemiskinan sampai 50 persen. Artinya, satu kepala keluarga hanya memiliki pendapatan US$3,10 per hari.
"Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim telah menghasilkan banyak cuaca ekstrim. Jika situasi ini terus sama dan tidak ada aksi yang dilakukan, ke depannya akan menjadi bencana yang tidak bisa dihindarkan," kata Lake.
Banjir, kekeringan dan gelombang panas, menurut laporan UNICEF, tidak hanya menyebabkan ribuan orang meninggal setiap tahun. Fenomena ini juga mampu menyebarkan malaria, diare dan kekurangan gizi. Ini merupakan tiga kontributor besar yang mempengaruhi hidup anak.
"Terlebih lagi, banyak anak yang tidak memiliki sanitasi layak dan air bersih," katanya.
Baca Juga :
Anggaran Banjir Minim, Belum Semua Sungai Dibenahi
Kementerian PUPR akan buat skala prioritas.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :