Menperin Dorong Investasi Industri Baja Hulu
Rabu, 25 November 2015 - 09:07 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Pembangunan infrastruktur, konstruksi, dan terus tumbuhnya industri, termasuk galangan kapal dan otomotif tentu membutuhkan bahan baku baja.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin, mengatakan kebutuhan baja kasar (crude steel) tercatat terus menanjak, dari 7,4 juta ton pada tahun 2009 menjadi 12,7 Juta ton pada tahun 2014.
Menurutnya, guna memenuhi permintaan baja domestik dan menghindari ketergantungan yang tinggi terhadap baja impor, maka masih diperlukan banyak investasi di sektor baja.
"Hal ini diperlukan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang diperkirakan sekitar Rp5.000 triliun sampai dengan tahun 2019 dan membutuhkan baja sekitar 17,5 juta ton per tahun," kata Saleh, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 25 November 2015.
Dia menjelaskan, industri besi dan baja juga menjadi salah satu industri prioritas, lantaran merupakan bahan baku dasar bagi industri lainnya, antara lain industri galangan kapal, industri di sektor migas, alat berat, otomotif, dan eletronika.
Selain itu, industri besi dan baja adalah salah satu pendukung utama dalam rangka pembangunan infrastruktur di Indonesia, seperti jalan, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan beberapa fasilitas lainnya.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah perusahaan industri baja nasional hulu dan hilir sebanyak 1167 perusahaan.
Baca Juga :
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
Secara total industri baja nasional hulu dan hilir mampu menyerap 300.309 orang tenaga kerja.
Saleh mencermati, industri hilir besi baja nasional tumbuh lebih cepat dibanding dengan industri hulunya. Salah satunya, disebabkan karena besarnya investasi yang diperlukan.
Dia memparkan, perbedaan kapasitas industri ini menyebabkan supply bahan baku domestik, baik untuk industri intermediate maupun industri hilir saat ini masih belum mencukupi.
"Kondisi ini merupakan salah satu penyebab hadirnya produk besi baja impor yang cukup signifikan," ujarnya.
Menilik hal ini, ujar Saleh, Kementerian Perindustrian terus mendorong hilirisasi industri mineral yang diharapkan investasi di bidang pengolahan berbasis mineral dapat memenuhi kebutuhan baja kasar (crude steel) sebagai bahan baku industri baja intermediate dan hilir.
Saat ini, Saleh mengatakan, tumbuhnya industri baja hulu menunjukkan ke arah yang positif. Jika sebelumnya hanya diwakili PT Krakatau Steel dengan teknologi HYLS/ reduksi langsung, namun sekarang telah tumbuh beberapa industri baja hulu antara lain PT Krakatau Posco, PT Indoferro, PT Meratus Jaya Iron and Steel, PT Delta Prima Steel, dan Gunung Steel Group melalui PT Gunung Raja Paksi serta PT Gunung Gahapi Sakti.
"Diharapkan dengan tumbuhnya industri besi baja, khususnya industri hulu, maka tidak terjadi bottle neck di produk intermediate dan industri hilir," tegas dia.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kondisi ini merupakan salah satu penyebab hadirnya produk besi baja impor yang cukup signifikan," ujarnya.