Gabung TPP, Kesempatan RI Perbaiki Iklim Dunia Usaha
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo telah mengisyaratkan ketertarikannya untuk ikut berpartisipasi dalam perjanjian perdagangan terbesar di dunia, Trans Pacific Partnership (TPP).
Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal mengatakan, pernyataan yang dilontarkan Jokowi beberapa waktu lalu merupakan sinyal bagi industri dalam negeri untuk memperbaiki iklim dunia usaha.
"Ini satu momentum untuk dorong perubahan. Saya kira ini wake up alarm untuk kita, dan itu baik sekali," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu, 21 November 2015.
Yose menjelaskan, industri dalam negeri masih memiliki waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan strategi dalam menghadapi perdagangan bebas tersebut. Sebab, apabila memang Indonesia tergabung dalam TPP, finalisasi keputusan keikutsertaan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Wacana ini merupakan kesempatan. TPP itu finalisasi agreementnya satu sampai dua tahun. Kita masih punya waktu untuk mempersiapkan. Jadi, kita benar-benar lihat permasalahan yang ada selama ini," ujarnya menambahkan.
Meski Indonesia nantinya tidak berpartisipasi dalam TPP, lanjut Yose, akan ada keuntungan tersendiri bagi industri dalam negeri, karena telah melakukan perbaikan untuk dapat bersaing di kancah perdagangan internasional.
Namun, apabila Indonesia ikut bergabung dalam TPP, pemerintah harus memiliki strategi khusus guna menggenjot industri dalam negeri. Dengan demikian, ada keuntungan yang diperoleh dari perjanjian perdagangan tersebut.
"Intinya satu, membenahi permasalahan yang hinggap di industri selama ini. Jadi membuang lemak yang selama ini sudah ada. Tapi tetap, perlu ada grand strategy nasional," ujarnya.