Indahnya Gaya Interior dari Masa ke Masa
Rabu, 18 November 2015 - 10:40 WIB
Sumber :
- Dokumentasi Rumahku.com
VIVA.co.id
- Pertumbuhan penduduk, perubahan tren, dan pergantian waktu, membuat gaya desain interior bangunan kerap berubah dari masa ke masa.
Perlu diketahui, dulu sekitar tahun 1970-an, rumah dengan luas 100-300 meter persegi biasa dimiliki oleh masyarakat umum. Kini, hanya orang-orang berduit lebihlah yang mampu memilikinya.
Perubahan dan pergeseran nilai, mulai dari tingkat harga hingga kebutuhan/kemampuan, membuat tren gaya interior juga ikut berubah.
Contoh lainnya adalah, interior untuk ruang tamu yang luas akan sangat berbeda dengan ruang tamu minimalis.
Seperti apa perubahan-perubahan lainnya yang terjadi pada desain interior di Tanah Air ini? Simak penjelasan berikut!
1. Art deco
Pada 1990, gaya art deco begitu populer di Indonesia, khususnya untuk masyarakat berkantung tebal yang menyukai karya seni.
Hal itu terlihat dari berbagai interior simetris yang memenuhi ruangan, mulai dari tekstur warna, gambar, hingga aksesoris.
Sebenarnya, art deco sendiri merupakan tren desain yang muncul sejak tahun 1920–1939, atau seusai Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II. Pada masa tersebut, gaya ini dianggap fungsional, anggun dan ultra modern.
2. Kontemporer klasik
Seni kontemporer sendiri mulai muncul seusai Perang Dunia II dengan implementasi yang tidak terikat batas, baik batas ruang maupun waktu. Seni kontemporer juga muncul untuk merujuk istilah seni modern. Kontemporer klasik, merupakan perpaduannya dengan tambahan aksen klasik.
Biasanya, hunian yang menganut konsep ini ingin menceritakan suasana lampau di zaman modern. Kenangan dari aksesoris atau furnitur yang berupa barang–barang peninggalan orang tua kemudian dipadupadankan dengan desain dinding dan pewarnaan yang memberi kesan modern. Kontemporer klasik kemudian booming di Indonesia pada 1995.
3. Biofilia
Istilah biofilia pertama kali dituturkan oleh Edward Wilson pada 1984 yang merujuk pada kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan alam.
Sementara itu, Patrick Leblanc adalah orang yang pertama kali mengaplikasikan hipotesis tersebut ke dalam desain interior.
Pada tahun 2000, pengaplikasian tanaman untuk interior kemudian populer di Indonesia, seperti meletakkan pot di pojok ruang tamu, penyematan taman kecil, atau pembuatan vertical garden.
4. Minimalis
Tahun 2005, pertumbuhan penduduk tampak kian massif dengan keterbatasan lahan. Terbukti dengan ukuran rumah yang semakin kecil dan hunian highrise (apartemen serta kondominium) yang mulai populer.
Berkaca pada tren properti inilah maka para pemilik hunian lalu menginginkan sebuah konsep yang sederhana, namun tetap bergaya. Pemanfaatan ruang pun tercipta, sehingga menghasilkan nama gaya minimalis.
5. Recycleable
Baca Juga :
Industri Properti Belum Tunjukkan Peningkatan
Menginjak 2015, kenangan pada barang-barang peninggalan masa lalu kembali menarik perhatian publik. Hanya saja, barang tersebut dialihfungsikan ke dalam bentuk lain. Misalnya, koper besar zaman dahulu yang diubah menjadi meja dan sebagainya.
Baca Juga :
Mengenal Tiga Jenis Pencahayaan Interior
Gaya recycle (daur ulang) juga tak hanya memberi kenangan, tapi juga cerita, pengurangan budget dan kesan kreatif pada si pemilik rumah.
Hindari Hal Ini Ketika Beli Rumah Pertama Kali
Semua orang tentu ingin memiliki rumah, apalagi bagi MBR.
VIVA.co.id
10 Agustus 2016
Baca Juga :