Rosan: Indonesia Harus Punya Industri Nasional yang Kuat
Jumat, 13 November 2015 - 22:52 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/ Adib Ahsani
VIVA.co.id
- Kamar Dagang dan Indsutri Indonesia (Kadin) menilai melemahnya perekonomian Indonesia belakangan, selain faktor eksternal, disebabkan oleh belum adanya industri nasional yang kuat.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perbankan dan Finansial yang juga
Kandidat Ketua Umum Kadin, Rosan P Roeslani, mengatakan seharusnya Indonesia mempunyai Industri Nasional yang kuat sehingga mampu menopang perekonomian lokal ketika diterpa krisis global.
Baca Juga :
Mi Bikini yang Meresahkan Negara
Baca Juga :
Polisi Belum Temukan Unsur Pidana di Mie Bikini
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perbankan dan Finansial yang juga
Kandidat Ketua Umum Kadin, Rosan P Roeslani, mengatakan seharusnya Indonesia mempunyai Industri Nasional yang kuat sehingga mampu menopang perekonomian lokal ketika diterpa krisis global.
"Dulu kita punya Pelita (program pembangunan ekonomi zaman Orde Baru), tapi lepas landas di 1998, itu katanya faktor global, terus sekarang ekonomi kita menurun, disebut juga faktor global, tapi ketika pertumbuhan kita bagus di tahun 2005-an apakah kita menyebutnya sebagai faktor global, jarang itu disebut, padahal faktor global juga itu, lalu masalahnya apa? Yaitu sebenarnya karena kita belum punya industri nasional yang menopang ekonomi kita untuk berdiri sendiri," kata Roeslan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat malam, 13 November 2015.
Menurut Roeslan, Indonesia sebenarnya punya potensi dalam negeri yang mumpuni. Di samping membangun industri berbasis komoditas, sektor industri kreatif dan pariwisata disebut sebagai peluang industri yang harus dikembangkan ke depannya.
"Sekarang pariwisata dan industri kreatif penghasil devisa nomor 4 di Indonesia, kita harapkan 2020 industri ini menjadi penghasil devisa nomor satu," kata Roeslan.
Untuk itu, lanjut dia, Kadin sebagai wadah dari asosiasi dan dunia usaha di Indonesia sangat bergantung dengan sikap kooperatif pemerintah, khususnya dalam regulasi-regulasi yang berhubungan dengan perdagangan.
"Kadin harus mampu memposisikan diri sebagai mitra sejajar pemerintah dan sekaligus pemberi informasi penting terkait kondisi pengusaha di lapangan," ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Dulu kita punya Pelita (program pembangunan ekonomi zaman Orde Baru), tapi lepas landas di 1998, itu katanya faktor global, terus sekarang ekonomi kita menurun, disebut juga faktor global, tapi ketika pertumbuhan kita bagus di tahun 2005-an apakah kita menyebutnya sebagai faktor global, jarang itu disebut, padahal faktor global juga itu, lalu masalahnya apa? Yaitu sebenarnya karena kita belum punya industri nasional yang menopang ekonomi kita untuk berdiri sendiri," kata Roeslan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat malam, 13 November 2015.