Semen Indonesia Genjot Pasar Ekspor
Rabu, 11 November 2015 - 14:53 WIB
Sumber :
- ANTARA/Maril Gafur
VIVA.co.id
- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana akan menggenjot ekspor semen pada tahun 2017. Pasalnya perseroan melihat banyak peluang ekspor seperti di Bangladesh, Australia, dan Myanmar.
Direktur Utama SMGR Suparni, Rabu 11 November 2015, mengatakan dua pabrik semen, yakni Indarung VI di Sumatera Barat dan Rembang Jawa Tengah, bakal selesai di kuartal III 2016. Hal tersebut, diyakini akan mendapat tambahan kapasitas enam juta ton, sebab masing-masing pabrik berkapasitas tiga juta ton.
"Bangladesh enggak punya pabrik kecuali satu. 85 persen semen Bangladesh dari impor," kata Suparni di Jakarta. Ia menambahkan, Australia juga pasar terbuka yang akan dijajaki.
Suparni menambahkan, dengan kebijakan yang ketat mengenai lingkungan di negara Kanguru tersebut menciptakan peluang bisnis yang menarik.
"Australia kebijakan lingkungan menurunkan produksi semennya, tetapi konsumsi enggak turun. Menjadi market ke depan," ujarnya.
Tak sekadar itu, ada pula peluang ke Myanmar, karena tingginya permintaan, sedangkan produksi dalam negeri tak mampu mencukupi. Kebutuhan semen Myanmar sebanyak enam juta ton, sedangkan produksi hanya satu juta ton.
Tahun ini, perseroan hanya mengekspor 391 ribu ton. Sedikit jumlah ekspor menimbang melemahnya permintaan semen.
"Ekspor itu sebenarnya hanya di semester I volume 300 ribu ton-400 ribu ton, enggak banyak karena semester I konsumsi domestik turun. Ekspor itu kalau turunnya mendadak enggak bisa ekspor, harus cari buyer, kapal delay empat bulan," ujarnya.
Apalagi, sambung Suparni, semester II pasar melemah lagi, akibatnya ekspor dihentikan, tidak punya volume banyak ekspor. "Kalau pasar semester II, tahun depan hampir tidak ekspor, yang ekspor Tanglong Cement 30 persen. Tonasa tapi tetangga sendiri, setahun 150 ribu ton Timur Leste," ujar dia. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Ekspor itu sebenarnya hanya di semester I volume 300 ribu ton-400 ribu ton, enggak banyak karena semester I konsumsi domestik turun. Ekspor itu kalau turunnya mendadak enggak bisa ekspor, harus cari buyer, kapal delay empat bulan," ujarnya.