Ilmuwan Klaim Temukan Alam Semesta Lain
- www.techtimes.com/L.Bazals
VIVA.co.id - Peneliti Amerika Serikat mengklaim telah menemukan kembaran alam semesta. Klaim tersebut muncul setelah peneliti bernama Ranga-Ram Chary, manajer proyek U.S. Planck Data Center di California menemukan 'cahaya misterius' dalam pemetaan Cosmic Microwave Background.
Dikutip dari Huffington Post, Kamis 5 November 2015, peneliti tersebut awalnya tidak ingin menemukan apapun dalam pemetaan tersebut. Tapi, ternyata titik cahaya misterius yang punya kecerahan 4.500 kali dari yang seharusnya.
Sementara cahaya itu dikenal sebagai cahaya sisa dari ratusan ribu tahun setelah peristiwa Big Bang.
Atas temuan sinar cahaya tersebut, Chary menyimpulkan bahwa itu mewakili materi dari alam semesta lain. Klaim ini disebutkan bisa mendukung hipotesa tentang alam semesta paralel, sebuah ide yang menyebutkan ada alam semesta pada area lain.Â
"Jadi itu memvalidasi hipotesa bahwa alam semesta kita sekedar sebuah wilayah dengan menggelembungkan superwilayah secara abadi," kata dia.
Chary mengatakan klaim alam semesta lain tidaklah mudah. Sebab, klaim ini harus didukung dengan bukti yang sangat pokok atau prinsip. Setidaknya ada 30 persen peluang cahaya misterius tersebut bukanlah apa-apa dari alam semesta ini.
Pakar kosmologi telah lama berspekulasi tentang alam semesta yang banyak. Namun, sejauh ini para ahli tersebut belum bisa membuktikan keberadaan ide mereka.
Dengan demikian, studi yang dilakukan Chary bisa menjadi bekal penting dalam mempertegas teori inflasi kosmik. Sebuah kondisi yang mana alam semesta mulai menggelembung setelah peristiwa Big Bang. Kondisi itu kemudian mengarahkan pada pembentukan berbagai alam semesta.
Tapi, beberapa ilmuwan mempertanyakan klaim Chary tersebut. Misalnya Direktur Institut Kosmologi Universitas Tufts, Alexander Vilenkin, mengatakan tidak melihat sinyal cahaya itu bisa dijelaskan oleh tubrukan dengan gelembung alam semesta lain.
Dia mengatakan setiap tabrakan lebih cenderung seperti dorongan kecil. Sementara tabrakan yang meningkatkan kepadatan proton akan memerlukan tubrukan yang jauh lebih keras. (one)