AS Siapkan 'Benteng' Hadapi Badai Matahari
- nasa.gov
VIVA.co.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah menyiapkan menghadapi bencana badai matahari. Pasalnya, bila badai tersebut sampai ke bumi, maka salah satunya dapat menghapus energi listrik selama berbulan-bulan lamanya.
Sebelumnya, badai matahari pernah menerjang bumi, tepatnya pada tahun 1859. Waktu itu, dampak badai yang membawa kekuatan geomagnetik, yakni rusaknya jalur telegraf, yang saat itu menjadi andalan komunikasi masyarakat, Bahkan, kantor-kantor telegraf mengalami kebakaran, yang berujung jatuhnya kekuasaan Eropa dan Amerika Utara.
Dengan peralatan teknologi, para ahli menyebutkan efek dari badai matahari kelak bisa menghanguskan energi listrik. Pasalnya, badai tersebut akan membawa electromagnetic pulse (EMP) secara masif yang berasal dari jilatan api matahari.
Dengan menghilangnya listrik, maka hal tersebut memungkinkan menjadi akhir dari peradaban. Sebab, alat yang sering kita gunakan, seperti ponsel, kartu kredit, hingga internet mengandalkan tenaga listrik.
Para peneliti, dikutip dari Daily Mail, Rabu 4 November 2015, mengungkapkan bila badai matahari tersebut sampai ke bumi, maka kerugian ekonominya ditaksir mencapai US$2,6 triliun. Angka tersebut bisa saja lebih tinggi, sebab prakiraan itu dirilis oleh studi National Academy of Sciences pada 2008.
Badai matahari hampir menyentuh bumi pada 2012, namun untungnya saat itu hanya melewati orbit. Tetapi, para ilmuwan memprediksikan badai matahari kembali menerjang bumi pada 2022 dan kali ini kemungkinan 12 persen bumi akan terkena. Tak ayal, Gedung Putih pun menyiapkan diri dari bencana semesta itu.
"Terus terang, ini bisa menjadi salah satu bencana alam yang paling parah bagi negara dan bagian utama dunia harus menghadapinya," ujar konsultan cuaca antariksa, John Kappenman dilansir dari Gizmodo.
Sementara itu, Asisten Direktur Presiden dari Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi, John P Holdren, mengemukakan kalau badai matahari menjadi bencana yang akan menimbulkan dampak yang cukup signifikan.
"Cuaca antariksa adalah fenomena alami yang memiliki potensi untuk menyebabkan efek merugikan besar pada ekonomi dan kesejahteraan sosial bangsa," kata dia.
Diduga, apabila badai matahari itu terjadi, maka tak butuh waktu lama untuk sampai ke bumi. Hanya dengan waktu sekitar 15-60 menit, badai tersebut akan menabrak bumi.
Maka dari itu, pemerintah AS sedang menggarap satelit baru yang dapat dipasang di antariksa untuk menjadi 'benteng'. Tujuannya, berharap teknologi itu dapat memberikan peringatan dini agar dapat meminimalisir dampak dari badai matahari.
Langkah tersebut, serupa dengan peringatan dini bencana alam lainnya, seperti mengantisipasi badai, gempa bumi, kekeringan, dan kebakaran hutan liar.