2016, Tiongkok Berpotensi Ancam Ekonomi RI
Rabu, 4 November 2015 - 07:58 WIB
Sumber :
- ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id
- Kondisi perekonomian global sampai saat ini belum bisa dikatakan mulai membaik. Rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed), serta pelemahan ekonomi Tiongkok, diprediksi tetap menghantui sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia pada 2016 mendatang.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan dari kedua risiko tersebut, pelemahan ekonomi di negeri Tirai Bambu akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Bahkan, Bambang berani menyebut, bahwa sentimen negatif yang diberikan Tiongkok jauh lebih besar dibandingkan isu ekonomi negara-negara berkembang lainnya, di mana turut berpotensi mempengaruhi kinerja pertumbuhan Indonesia.
"Risk growth untuk tahun depan, saya berpendapat bukan Fed Rate. Tapi, perlambatan di Tiongkok. Pengaruhnya, lebih dari unsur global lain, bahkan unsur domestik," ujar Bambang, di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa malam, 3 November 2015.
Dengan kondisi seperti itu, kata Bambang, hal utama yang harus dilakukan adalah mengantisipasi dampak negatif yang akan diberikan oleh ekonomi Tiongkok. Salah satunya, yakni dengan cara mengubah produk ekspor ke Tiongkok.
Bambang menjelaskan, Indonesia tidak bisa terus-terusan mengekspor komoditas semata kepada negeri Tirai Bambu itu.
Sebab, saat ini yang dibutuhkan oleh Tiongkok adalah berupa produk bahan jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonominya melalui konsumsi masyarakat.
"Misalnya, kita harus ubah ekspor kita ke Tiongkok. Tidak lagi komoditi. Kita harus bergerak ke ekspor barang jadi. Karena ini yang dibutuhkan Tiongkok. Impor barang jadi," kata dia.
Menurut Bambang, upaya pemerintah dalam mengantisipasi gejolak ekonomi Tiongkok tidaklah mudah.
Karena itu, dia berharap, ada perbaikan dari sisi domestik untuk tahun depan. Dengan demikian, akan memberikan kontribusi lebih kepada pertumbuhan.
"Maka, fokus kami lebih bagaimana antisipasi perlambatan pertumbuhan di Tiongkok. Tetapi, kalau dari domestik pengeluaran pemerintah lebih baik polanya daripada tahun ini, saya yakin kontribusi ke pertumbuhan lebih besar," tutur dia.
Sekadar informasi, pemerintah telah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2016 sebesar 5,3 persen secara year on year (yoy). Lebih rendah dibandingkan postur dalam rancangan APBN 2016 sebesar 5,5 persen.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Risk growth untuk tahun depan, saya berpendapat bukan Fed Rate. Tapi, perlambatan di Tiongkok. Pengaruhnya, lebih dari unsur global lain, bahkan unsur domestik," ujar Bambang, di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa malam, 3 November 2015.