3-11-1941: Perintah Bom Pearl Harbor Turun
- Reuters
VIVA.co.id - Hari ini, pada 1941, gabungan pasukan Jepang menerima perintah No.1 yang sangat rahasia: 34 hari mendatang, Pearl Harbor akan dibom, bersama dengan Malaya, Hindia Belanda Timur, dan Filipina.
Perintah pengeboman turun setelah hubungan antara AS dan Jepang memburuk dengan sangat cepat. Terutama, sejak Jepang menduduki Indochina pada 1940 dan secara implisit mengancam Filipina, yang berada di bawah perlindungan Amerika, dengan pendudukan basis marinir Cam Ranh, yang hanya berjarak delapan mil dari Manila.
Amerika membalas pendudukan Jepang itu dengan menyita seluruh aset negeri Matahari Terbit itu di Amerika dan penutupan Terusan Panama untuk pelayaran Jepang.
Pada September 1941, Roosevelt mengeluarkan pernyataan, yang dirancang oleh Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, bahwa ancaman perang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Jepang, akan mengganggu seluruh wilayah di Asia Tenggara atau Pasifik Selatan.
Ancaman perang yang disampaikan Roosevelt ditanggapi Hideki Tojo, Menteri Urusan Perang Jepang sebagai sebuah ultimatum. Meskipun, negosiasi resmi antara menteri luar negeri AS dan menteri luar negeri Jepang masih berlangsung, Hideki Tojo tidak berniat menarik diri dari wilayah diduduki.Â
Seperti dikutip dari History.com, ancaman itu lalu disambut Hideki Tojo dengan satu pesan, siap untuk memberikan pukulan pertama dalam konfrontasi Jepang-Amerika: pengeboman Pearl Harbor.
Dan, ketika Tokyo mengirimkan pesan tersebut, maka tak hanya Amerika Serikat, dan wilayah Filipina yang dijaganya, namun juga koloni Inggris dan Belanda di Pasifik jadi sasaran serangan. Maka, perang terhadap Barat dikibarkan.
Jepang pun melanjutkan serangannya, setelah menerima pesan 3 November 1941, pada Desember 1941, Pearl Harbor, pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pulau Oahu, Hawaii, barat Honolulu, dibom oleh Jepang.