Hina Profesi Wartawan, Raffi Ahmad jadi Sorotan
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Di tengah kariernya yang sedang naik daun, Raffi Ahmad kini makin jadi sorotan. Bukan hanya karena banyaknya job yang diterimanya, namun belakangan, ia pun menjadi sorotan lantaran gaya bercandanya yang menghina salah satu profesi.
Dalam tayangan acara Happy Show edisi 1 November 2015 lalu Raffi Ahmad menghina profesi wartawan. Saat itu, ia berperan menjadi wartawan yang hendak meliput insiden yang dialami pembalap Valentino Rossi dan Marquez.
Ia sempat memperagakan bagaimana ketika figur publik dikerumuni oleh banyak wartawan yang haus akan berita.
Berperan sebagai wartawan di acara itu, Raffi pun mengaku, pengalamannya sebagai pencari berita sudah sangat banyak. "Gue jadi wartawan itu pengalamannya udah banyak," ujarnya kepada lawan mainnya, Billy Sayahputra.
Raffi pun memberikan tips, bagaimana sebaiknya cara figur publik menghindari kejaran wartawan. Ia pun membawa termos. Dan menjelaskan bahwa termos sangat bermanfaat untuk para figur publik menghindari kejaran wartawan.
"Ada berita artis dikejar-kejar sama wartawan, mau tahu nggak cara menghindar dari wartawan, pakai aja termos, sambil bilang gini, air panas air panas," kata Raffi.
Tak hanya itu lawakan yang dilontarkan Raffi. Ia pun mengeluarkan kata-kata spontan yang menghina profesi wartawan, menganggap bahwa wartawan adalah sama seperti orang mata duitan. "Kalau wartawan ngariung, lagi ngejar berita..," ucap Raffi.
Billy Sayahputra yang juga ikut tampil di acara itu menimpali, "Ngariung bahasa apa itu," tanyanya pada Raffi.
Dengan gaya ceplas-ceplosnya, Raffi pun dengan entengnya menghina pekerjaan wartawan, seraya menjelaskan arti ngariung.
"Ngariung itu kumpul. Misalnya lagi dikejar-kejar (wartawan), lu giniin aja duitnya (sambil Raffi melempar uang recehan). Wartawan kan... Setiap orang kan pasti mata duitan pasti langsung nyebar," ucap Raffi.
Mengetahui gaya lawakan Raffi yang tak pantas, salah satu anggota Dewan Pers, Nezar Patria ikut menyoroti hal ini.
"Kalau dilihat, Raffi itu terlalu menyamakan semua wartawan, itu menyinggung wartawan yang bekerja dengan kode etik. Seperti diketahui dalam pasal 2 tentang keprofesionalitas seorang jurnalis," ujarnya.
Nezar melanjutkan, sebagai wartawan, tak sepatutnya menyalahgunakan profesi dengan menerima suap. Namun di acara tersebut Raffi seolah menyamaratakan wartawan yang menyalahgunakan profesi dengan menerima suap. "Segala pemberian dalam bentuk uang, dan-lain-lain pun di sini disamaratakan sama Raffi dari stetementnya."
"Dalam pasal 2 dan pasal 6 itu pasal profesional. Pasti semua wartawan yang bekerja dengan kode etik kewartawanan tersinggpung berat dengan ucapan Raffi."
Meski begitu, Nezar pun berusaha mengambil nilai positif dari peristiwa ini. Ia menganggap, mungkin Raffi pernah memiliki pengalaman tak menyenangkan dengan wartawan-wartawan yang suka menerima amplop. "Namun kan sebaiknya Raffi tidak mengucapkan secara general di had
apan umum dan disiarkan secara live, itu pasti buat wartawan marah."
Nezar pun menyarankan, agar Raffi segera minta maaf. Hal ini penting agar kasus ini tak melebar dan tidak semakin menjadi sorotan. "Sebaiknya Raffi tidak bilang begitu, dan sebaiknya Raffi segera mnita maaf."
Dan Dewan Pers, lanjut Nezar mnganggap, apa yang disebut Raffi itu membuat para pewarta terhina. "Sebagai seorang wartawan yang memiliki martabat, ini seperti menghina. Karena pekerjaan kita ini sangat bermartabat."