Kabut Asap di Jakarta-Bandung? Ini Penyebabnya
Senin, 2 November 2015 - 11:07 WIB
Sumber :
- ANTARA/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id
- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus berupaya memantau kondisi atmosfer di wilayah Indonesia menggunakan teknologi antariksa. Lapan pun menganalisa mengenai kabut yang mulai menyelimuti langit Jakarta dan Bandung beberapa hari lalu.
Hasil analisa Tim Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lapan menunjukkan, terjadi peningkatan konsentrasi aerosol di atmosfer kedua kota itu. Analisa yang diperoleh berdasarkan data satelit, model, dan observasi itu, mengungkap bahwa sebagian besar kabut itu berasal dari arah timur dan utara.
Baca Juga :
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
Hasil analisa Tim Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lapan menunjukkan, terjadi peningkatan konsentrasi aerosol di atmosfer kedua kota itu. Analisa yang diperoleh berdasarkan data satelit, model, dan observasi itu, mengungkap bahwa sebagian besar kabut itu berasal dari arah timur dan utara.
Sebagaimana yang ditulis di situs resminya, Senin, 2 November 2015, Lapan menyebutkan aerosol di atas wilayah Jawa Barat sebagian besar telah mencapai kadar di atas ambang. Kadarnya sekitar 0,4 atau dapat dikategorikan 'very hazy' (sangat berkabut/kabur) dengan nilai AOD 1-2.
"Bahkan, untuk wilayah Serang, AOD berada di kisaran nilai 3-4. Berdasarkan data AOD tersebut tampak bahwa atmosfer pada tanggal 24 Oktober berada dalam kondisi ekstrem sangat keruh karena terdapat peningkatan aerosol yang cukup signifikan," kata lembaga pemerintah nonkementerian itu.
Lapan menjelaskan, peningkatan aerosol di Bandung tersebut, selain disebabkan oleh faktor antropogenik atau karena aktivitas manusia yang mengakibatkan pembakaran karbon monoksida (CO), juga diperparah dengan kejadian kebakaran hutan di wilayah Kareumbi, Sumedang, sejak 22 Oktober 2015.
"Kebakaran ini semakin meluas pada 23 hingga 24 Oktober 2015. Selain dipengaruhi oleh kebakaran di Sumedang, aerosol di atas Bandung pada ketinggian 1-3 kilometer juga berasal dari Kalimantan," ungkap Lapan.
Sementara itu, untuk wilayah Jakarta, peningkatan aerosol juga berasal dari arah timur (Laut Timur) dan utara (Kalimantan). Kontribusi aerosol di Jakarta juga kemungkinan berkaitan dengan kejadian kebakaran hutan di Purwakarta.
Lapan menambahkan, keberadaan kabut di Jakarta dan Bandung juga dipengaruhi oleh konsentrasi peningkatan karbon dioksida (CO2) dengan kadarnya sebanyak 19-20 ppmv. Peningkatan CO2 ini terekam oleh satelit AIRS selama periode 21-25 Oktober 2015.
"Aerosol dapat terakumulasi dan kemudian menyebar di wilayah Jakarta dan Bandung juga dipengaruhi oleh angin timuran dan utara-an. Proses inilah yang kemudian menimbulkan fenomena very hazy di kedua kota," tutur Lapan.
Secara lokal, peningkatan polutan di Bandung berhubungan dengan kebakaran asap yang berasal dari Gunung Kareumbi. Sementara di wilayah Jakarta pada pagi hingga siang hari dipengaruhi oleh kebakaran hutan di Purwakarta.
Selain pengaruh lokal, sumber utama aerosol di Bandung dan Jakarta juga berasal dari Laut Timor (permukaan) dan Kalimantan (3-5 km). Efek komponen angin utara-an dan timuran memberikan kontribusi penyebaran dan peningkatan aerosol di Bandung dan Jakarta yang signifikan pada 23-24 Oktober 2015.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sebagaimana yang ditulis di situs resminya, Senin, 2 November 2015, Lapan menyebutkan aerosol di atas wilayah Jawa Barat sebagian besar telah mencapai kadar di atas ambang. Kadarnya sekitar 0,4 atau dapat dikategorikan 'very hazy' (sangat berkabut/kabur) dengan nilai AOD 1-2.