China Cabut Larangan Satu Anak, Saham Produsen Kondom Turun

Ilustrasi kebijakan satu anak China
Sumber :
VIVA.co.id
Tiongkok Bangun Hanggar Pesawat di Laut China Selatan
- Pemerintah China mencabut kebijakan yang melarang warganya untuk memiliki hanya satu anak. Pengumuman ini dianggap sebagai berita baik bagi produsen susu formula namun tidak untuk produsen kondom.
Datang Sebagai Turis ke Jerman, Malah Dikira Imigran

Dilansir melalui
Mantan Presiden Filipina ke China Bahas Sengketa Wilayah
Telegraph
, Minggu, 1 November 2015, saham perusahaan-perusahaan yang memproduksi susu formula, popok dan kereta bayi langsung naik setelah pemerintah memperbolehkan pasangan di negara itu memiliki dua anak. Analis dari Credit Suisse memprediksi pencabutan larangan itu akan menambahkan populasi dunia secara signifikan.


"Kebijakan baru itu akan melahirkan 3 sampai 6 juta bayi lahir setiap tahunnya selama periode lima tahun ke depan, di mulai sejak 2017. China, negara dengan penduduk terpadat di dunia, berjumlah hampir 1,4 miliar orang, memilii rata-rata kelahiran 16,5 juta per tahun," tulis laporan Credit Suisse.

Kebijakan satu anak di China dimulai sejak 1979 untuk mengantisipasi melonjaknya pertumbuhan penduduk di saat ekonomi China masih buruk. Credit Suisse melaporkan, biaya anak di China diperkirakan mencapai US$6,330 per tahun. Jika kebijakan satu anak ini dicabut maka pengeluaran biaya per tahun mencapai US$19 sampai US$38 miliar, atau sekitar 4 sampai 6 persen dari penjualan total retail di China.

Pemenang paling banyak dari kebijakan baru ini adalah China Child Care Corp. Produsen produk perawatan kulit dan rambut bayi ini memiliki saham yang naik sampai 40 persen. Produsen susu formula, Beingmate Baby & Child Food Co juga mengalami kenaikan saham sampai 10 persen di bursa saham Shenzhen.

Sedangkan di sisi lain, produsen kondom asal Jepang, Okamoto Industries, harus rela sahamnya turun sampai 10 persen di bursa perdagangan Tokyo.
Salah satu wilayah sengketa di Laut China Selatan.

Vietnam Kirim Peluncur Roket ke Laut China Selatan

"Kepulauan Spratly adalah hak sah kami untuk mempertahankannya".

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016