Ahli Otak Jelaskan Fakta Soal Narkoba Digital I-Doser
Rabu, 28 Oktober 2015 - 13:20 WIB
Sumber :
- I-doser
VIVA.co.id
- Ternyata aplikasi suara I-Doser, yang disebut-sebut sebagai narkoba digital, tidak terlalu berpengaruh buruk. Ilusi suara yang dihasilkan tidak mampu membuat penggunanya ketergantungan seperti layaknya konsumsi narkoba.
Hal ini dijelaskan dengan gamblang oleh ahli Neurosains Indonesia yang sekarang mengabdi di Amerika Serikat, Dr. Taruna Ikrar. Ilmuwan Neurosains dari University of California School of Medicine, Irvine, Amerika itu mengatakan  narkoba berbeda dengan I-Doser. I-Doser tidak memiliki spesifik reseptor di dalam otak yang bisa menimbulkan ketergantungan kimiawi.
Baca Juga :
DPR: Kicauan Freddy Budiman Adalah Pintu Masuk
Hal ini dijelaskan dengan gamblang oleh ahli Neurosains Indonesia yang sekarang mengabdi di Amerika Serikat, Dr. Taruna Ikrar. Ilmuwan Neurosains dari University of California School of Medicine, Irvine, Amerika itu mengatakan  narkoba berbeda dengan I-Doser. I-Doser tidak memiliki spesifik reseptor di dalam otak yang bisa menimbulkan ketergantungan kimiawi.
"I-Doser hanya menyebabkan efek relaksasi dan suasana kegembiraan dengan efek psikologis mengurangi rasa sakit. I-doser hanya bisa menimbulkan efek ketertarikan seperti jika seseorang menikmati lagu tertentu, sehingga mereka memiliki kekaguman berat pada penyanyi dan lagu tersebut," ujar Taruna, kepada
Viva.co.id
, Rabu, 28 Oktober 2015.
Dikatakannya, secara prinsip, I-Doser hanyalah aplikasi suara yang memperdegarkan audio proprietary. Penggunaan I-Doser bertujuan untuk mensimulasikan keadaan mental tertentu melalui penggunaan gelombang suara binaural beats (dua nada yang mengalun dalam frekuensi nada di bawah 1,00 Hz).
"Sensasi binaural beats diyakini berasal di inti olivary superior atau bagian dari batang otak. Ini terkait dengan kemampuan otak untuk menemukan sumber suara dalam tiga dimensi dan untuk melacak gerak suara. Juga melibatkan colliculus inferior (IC) neuron. Selanjutnya mengaktifkan sensorimotor pada daerah lain di otak, yaitu daerah cingulate, opercular bilateral, ventral korteks prefrontal, subcortically, insula anterior, putamen, dan thalamus," ujarnya.
Dari penelitian neurosains, kata dia, efek I-Doser mempengaruhi kinerja mental dan suasana hati, bahkan bisa berefek sebagai suplemen penurun rasa sakit atau bahkan mempengaruhi persepsi. Otak menghasilkan fenomena yang mengakibatkan denyutan-frekuensi rendah dalam amplitudo dan lokalisasi suara yang dirasakan ketika dua nada pada frekuensi yang sedikit berbeda, disajikan secara terpisah. Perbedaan Nada akan dirasakan, seolah-olah dua nada dicampur secara alami, dalam otak.
"Namun tidak semua peneliti neurosains percaya akan efek di atas. Bahkan peneliti dari Oregon Health dan Science University merasa skeptis atau tidak percaya, dan menganggap I-doser nya berupa ilusi suara semata," papar dia.
Dari pemaparannya itu Taruna memastikan jika I-Doser berbeda dengan Narkotika Kimiawi. Narkotika kimiawi dianggap sebagai sebutan bagi setiap senyawa psikoaktif dengan sifat yang menginduksi sistem saraf pusat, tidak termasuk aplikasi suara seperti I-Doser.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"I-Doser hanya menyebabkan efek relaksasi dan suasana kegembiraan dengan efek psikologis mengurangi rasa sakit. I-doser hanya bisa menimbulkan efek ketertarikan seperti jika seseorang menikmati lagu tertentu, sehingga mereka memiliki kekaguman berat pada penyanyi dan lagu tersebut," ujar Taruna, kepada