HNW: Hari Santri Janji Politik Jokowi
Kamis, 22 Oktober 2015 - 17:27 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Terkait hari santri menurut Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dilihat dari kronologinya, itu merupakan janji politik Jokowi kepada pesantren dan komunitas NU. Jokowi berjanji kalau ia menang akan menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri.
PBNU KH Said Aqil Siradj mengingatkan kepada Jokowi tentang 1 Muharam sebagai hari santri.
“Saya waktu itu minta ketemu Pak Said di PBNU dan saya sampaikan bahwa saya mendukung penetapan hari santri, tapi jangan 1 Muharam, sebab 1 Muharam itu hari untuk seluruh umat Islam, santri maupun bukan,” ujar Hidayat, di Senayan, Kamis 22 Oktober 2015.
Hidayat mengatakan Said setuju dengan hal itu. Hidayat juga menyampaikan bahwa hari santri memang sebaiknya hari dimana santri memberikan peran yang fenomenal, yang sangat penting bagi Indonesia.
Baca Juga :
Wakil Ketua MPR Khawatir Pemberlakuan MEA
Ia bersyukur akhirnya ditetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri. Menurutnya membayangkan bahwa dengan adanya hari santri ada dikotomi atau diskriminasi pada yang lain, tidak sampai sejauh itu.
“Indonesia banyak hari yang ditetapkan memang khas, ada hari anak apakah dikotomi kepada orang tua, engga juga. Ada hari buruh, tidak ada hari majikan, jadi ini menurut saya tidak perlu dipertajam. Justru perlu dimaknai secara dekonstruktif,” ucap Politisi Fraksi PKS ini.
Hidayat menambahkan, ketika 22 Oktober ada resolusi jihad, justru menghadirkan pembuktian tentang bagaimana Indonesia ini didukung oleh santri. Bagaimana santri mendukung kemerdekaan Indonesia dan bagaimana para santri justru membela kedaulatan Indonesia.
“Pada hari itu, ternyata juga menggerakkan kalangan non santri, abangan, salah satu tokohnya adalah Bung Tomo. Peristiwa 10 November hari Pahlawan, itu kan dampak dari resolusi jihad. Jadi dari santri, justru menggerakan kaum "abangan" kemudian bersama membela Indonesia,” jelasnya.
Jadi ujar Hidayat, resolusi jihad menyatukan antara santri dan abangan, berjuang bersama membela kedaulatan Indonesia. “Inilah saya kira yang perlu kita ambil sekarang, jangan didikotomikan antara santri dengan abangan, karena memang tidak relevan. Justru dengan semangat ini, terbukti bahwa santri dan abangan bisa bersama-sama membela Indonesia dan memajukan Indonesia,” katanya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
“Indonesia banyak hari yang ditetapkan memang khas, ada hari anak apakah dikotomi kepada orang tua, engga juga. Ada hari buruh, tidak ada hari majikan, jadi ini menurut saya tidak perlu dipertajam. Justru perlu dimaknai secara dekonstruktif,” ucap Politisi Fraksi PKS ini.