Hanung: Film Indonesia Harus Inovatif, Baru, dan Berbeda
- VIVA/ Daru Waskita (JOGJA)
VIVA.co.id - Perkembangan industri perfilman di Indonesia saat ini dapat dikatakan sudah sangat kontemporer. Bahkan, film Indonesia sudah bisa melebar hingga ke ranah animasi.
Sekalipun masih belum memiliki karya film animasi yang banyak, tapi Indonesia memiliki potensi untuk bisa mengangkat dunia perfilman hingga ke tingkat internasional. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, para sineas film harus membuat film Indonesia yang inovatif, baru, dan berbeda.
Tak hanya itu, film Indonesia juga harus menarik, inspiratif dan memiliki identitas ke-Indonesiaan.
"Sebuah film itu pasti membentuk sebuah realitas, tidak ada film yang objektif, objektivitas hanya ada dalam jurnalisme. Sebuah film pasti ada jagoan dan musuh dan semuanya itu hitam putih serta tidak semua itu saklek pasti ada unsur-unsur lainnya," kata Hanung Bramantyo, sutradara dan produser film ternama Indonesia saat mengisi seminar metamormovies dengan tema “Mengisi Perkembangan Perfilman Tanah Air” di UMY, Rabu 21 Oktober 2015.
"Orang yang memiliki peran itu mencipatakan sebuah realitas, dalam film, ya, sang kreatornya. Hanya ada dua kemungkinan shut down atau bikin film tandingan, kalau saya lebih memilih menciptakan realitas sendiri,“ tuturnya.
Untuk itu, kata Hanung, perlu adanya sebuah inovasi baru untuk membuat sebuah film yang dapat dikategorikan menarik dan inspiratif. Sesuatu yang baru dan beda pasti akan menginspirasi.
"Buatlah tampilan yang berbeda, plot yang berbeda, resolusi yang berbeda, dan cerita yang berbeda. Misal dengan film yang genrenya love story pasti kalian sudah tahu. Tapi, buatlah film dengan genre yang sama tapi dengan cerita, plot, dan tampilan yang berbeda itu akan membuat sangat menarik," ucapnya.
Hanung melanjutkan, penawaran film yang baru akan digandrungi oleh penonton, karena pada dasarnya orang itu haus akan cerita. Kondisi tersebut akan menjadi sebuah peluang.
Seorang sutradara itu harus kreatif, dan orang kreatif adalah orang yang berani keluar dari zona aman. Selain itu, film Indonesia ini harus punya indentitas. Karena, kebanyakan film Indonesia mangacu pada film-film Holywood, yang sebetulnya tidak ada masalah. Tapi, dalam film itu harus ada identitasnya.
"Menggarap sebuah film harus ada identitasnya, meski tak salah jika mengacu pada film Holywood," katanya.
Hanung melanjutkan, sebuah film yang bagus tidak akan banyak penontonnya, jika tidak menentukan target penontonnya terlebih dulu. Menjadi tugas produser mengemas film tersebut agar nantinya laku dijual dengan membidik pasar.
"Jadi, membidik pasar itu sangat penting, buatlah siapa target pasarmu sebelum membuat sebuah film. Karena sejatinya, penonton itu sudah sangat cerdas," katanya.
"Bahkan, penonton sudah tahu ketika melihat posternya, sudah bisa menebaknya. Jadi, sutradara yang berhasil itu adalah sutradara yang berani mengulik rasa sok tahunya penonton,“ ujarnya.