Bangun Infrastruktur, RI Kekurangan 120 Ribu Insinyur
Senin, 19 Oktober 2015 - 19:41 WIB
Sumber :
- Bakrie Brother
VIVA.co.id
- Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyatakan bahwa jumlah insinyur Indonesia masih kurang untuk pekerjaan infrastruktur di Indonesia hingga 2019. Menurut PII, hingga lima tahun ke depan diperkirakan ada kekurangan 120 ribu ribu insinyur.
Baca Juga :
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
Hal ini diungkapkan Ketua Umum PII, Bobby Gafur Umar. Dia menjelaskan, hal ini sudah jelas akan membuat banyaknya potensi pemerintah untuk mempekerjakan pekerja asing di Indonesia.
"Kita masih kekurangan 120 ribu insinyur sampai lima tahun ke depan. Ada yang membuat saya gelisah, yaitu ketika kita temui pembangunan infrastruktur. Salah satunya, di energi, di dalamnya itu bahkan sampai ke pengangkat minuman, pekerja asing semua, sampai ke petugas toilet pun mereka pekerja asing," ujar Bobby, di Jakarta, Senin, 19 Oktober 2015.
Bobby menyayangkan adanya fakta bahwa banyak alumni teknik atau insinyur yang bekerja di bidang profesi lain. Dia mengaku, jika profesi insinyur masih kekurangan minat, mulai dari penjurusan di universitas.
"Ternyata, banyak insinyur kita yang tidak bekerja sesuai dengan bidang keinsinyuran, ada yang jadi analis bank, wartawan, dan profesi lain," ujarnya.
Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Tim Seleksi Wakil Ketua Umum PII, Bambang Setiadi, yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Riset Nasional (DRN) menegaskan, pihaknya bersama dengan PII telah mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan insentif khusus kepada insinyur.
"Untuk yang ini kami sudah mengusulkan tunjangan kelangkaan, persis yang terjadi dengan orang yang kekurangan akuntan. Misalnya, seperti siapa yang menjadi akuntan dapat insentif, kemarin telah kami sampaikan, meskipun ditolak, masih akan kami perjuangkan," kata Bambang.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Bobby menyayangkan adanya fakta bahwa banyak alumni teknik atau insinyur yang bekerja di bidang profesi lain. Dia mengaku, jika profesi insinyur masih kekurangan minat, mulai dari penjurusan di universitas.