Seniman Indonesia-Norwegia 'Getarkan' Kota Oslo
- KBRI Oslo
VIVA.co.id - Tarian tradisional Indonesia ternyata bisa cocok dipadu dengan iringan musik modern electro-jazz ala Barat. Kolaborasi apik itu dipertunjukkan para seniman Indonesia dan Norwegia akhir pekan lalu di Kota Oslo.
Gemulainya gerakan para penari tari tradisional Jawa Barat diiringi dengan gemuruh alunan musik gamelan yang berpadu dengan hentakan musik electro-jazz Norwegia. Aksi ini mempesona para penonton yang hadir menyaksikan penampilan kelompok Migration - North East di gedung kesenian Rikkscenen, demikian ungkap Kedutaan Besar Republik Indonesia di Oslo.
Pertunjukkan tersebut merupakan bagian dari CODA International Dance Festival (CIDF) di Oslo, Norwegia, yang menampilkan berbagai macam karya seni tari dari aneka ragam kebudayaan dari berbagai negara. Festival ini dibuka secara resmi di Balai Kota Oslo pada tanggal 14 Oktober 2015 yang dihadiri oleh sejumlah Duta Besar, pemerhati budaya, kalangan seniman dan undangan lainnya. CIDF ini akan berlangsung hingga 25 Oktober 2015.
Penampilan Migration – North East pada tanggal 16 Oktober 2015 ini dibawakan selama satu jam dengan personel Ismet Ruchimat (Komposer, Gamelan), Budi Silet (Gamelan), Atang Suryaman, Endang Ramdan (Kendang, gamelan), Rudi Mukhram, Asep Yana Karyana, Rudi Mukhram (gamelan, flutes), Achmad Farmis, Diah Agustini, Imas Fatimah, Salera Sari (Penari) dari Indonesia serta dari pihak Norwegia yaitu Patrick Shaw Iversen (Komposer, flutes, electronik), Nils Petter Molvær (Terompet), Ståle Storløkken (Keyboards), dan Aleksander Kostopoulos (Electronik, perkusi, drum).
Migration - North East merupakan proyek kolaborasi terbaru antara kelompok musisi Indonesia Sambasunda dari Bandung pimpinan Ismet Ruchimat dengan musisi Norwegia Patrick Shaw Iversen yang telah dirintis sejak tujuh tahun yang lalu.
Kolaborasi musisi Indonesia dan Norwegia ini telah terbina sejak tahun 1994 dan telah merampungkan berbagai proyek budaya, salah satunya yaitu tim Gamelan Shokbreker yang telah mengadakan pertunjukan baik di Indonesia maupun di Norwegia.
Alunan musik electro-jazz dengan warna tradisional gamelan khas Indonesia dibawakan dengan indah mengiringi enam macam tarian tradisional kontemporer Jawa Barat yang dinamis dan menghipnotis ratusan penonton undangan termasuk Duta Besar RI di Oslo, Yuwono A. Putranto, yang turut menonton dan menyatakan apresiasi yang sangat tinggi atas kolaborasi seni tradisional Jawa Barat dan musik electro jazz Norwegia yang dikemas dalam Migrant – North East tersebut.
“Budaya merupakan alat diplomasi yang sangat kuat. Melalui budaya, selain menjadi instrumen kuat untuk memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia ke negara lain, khususnya Norwegia, juga dapat menjadi sarana komunikasi dan kerja sama antar budaya yang diharapkan akan menguatkan rasa saling pengertian antara masyarakat Indonesia dan Norwegia,” ujar Dubes Yuwono.
Pada malam itu, CEO CODA International Dance Festival Lise Nordal dan CEO Rikkscenen Helge Skansen yang juga hadir menyaksikan pertunjukan kolaborasi tersebut menyampaikan kekaguman dan kebanggaan yang sama. Skansen menyatakan mengenai pentingnya seni tradisional untuk terus dikembangkan, serta mengutarakan betapa indahnya hasil karya kolaborasi karya seni yang tidak hanya lintas genre akan tetapi juga lintas budaya.
“Pertunjukan tadi sangat elegan, fulfilling dan membuat kita semua ingin menari bersama,” sambung Nordal yang sebelumnya telah mengunjungi Indonesia dan bertemu tim Sambasunda untuk persiapan pertunjukan tersebut.
Dua hari sebelumnya, salah satu penari Indonesia, Imas Fatimah tampil sebagai penari tunggal pada acara pembukaan CIDF di Balai Kota Oslo tanggal 14 Oktober 2015. Selama berada di Norwegia, tim Sambasunda juga akan melakukan workshop dan pelatihan di Universitas Agder di kota Kristiansand dan Universitas Oslo.