Batan: Saatnya Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Kamis, 15 Oktober 2015 - 12:11 WIB
Sumber :
- REUTERS/Issei Kato
VIVA.co.id
- Kepala Badan Tenaga Atom dan Nuklir (Batan), Djarot Sulistio Wisnubroto, menjelaskan, tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Sebab, penyiapan infrastruktur hingga operasional PLTN membutuhkan waktu paling lambat 10 tahun.
Baca Juga :
Energi Nuklir Masih Jadi Opsi Terakhir
Pada saat yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam buku putihnya menyatakan tahun 2024 adalah saatnya Indonesia menggunakan energi berbasis nuklir.
"Nah, untuk itu tahun ini saat yang tepat memulai pembangunan energi nuklir. Idealnya 10 tahun, tapi kalau dimulai dari sekarang sembilan tahun, cukup waktu kita," kata Djarot, di Universitas Udayana, Kamis, 15 Oktober 2015.
Menurut dia, membangun energi nuklir hingga operasionalnya melebihi kekuasaan rezim pemerintah. Jika tak dimulai dari sekarang, Djarot melanjutkan, target operasional energi nuklir pada 2024 bisa saja tidak dapat direalisasikan.
"Kalau tidak dari sekarang, bisa mundur," tuturnya. Bagi Djarot, saat ini yang terpenting adalah penerimaan masyarakat terhadap energi baru dan terbarukan.
"Sekarang ini, penerimaan masyarakat 72 persen. Sisanya yang menolak suaranya nyaring," kata dia.
Djarot memaparkan, jika ditilik dari kesiapan, Indonesia lebih siap dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara.
"Misalnya, Vietnam yang sudah teken kontrak dengan Rusia dan Jepang. Dari sisi SDM kita lebih siap. Dari segi fasilitas kita juga siap," papar Djarot.
"Kita lebih lengkap di Asia Tenggara. Itu menunjukkan kesiapan kita," tuturnya.
Untuk membangun energi nuklir, Djarot mengatakan, dibutuhkan dana sekitar Rp50 triliun. "Itu memang titik lemah pembangunan PLTN, membutuhkan dua kali lipat dari PLTU (pembangkit listrik tenaga uap). Tapi, lebih kompetitif keuntungan dan energi bersih," ungkap dia.
Sementara itu, soal lokasi tepat dibangunnya PLTN, Djarot menjelaskan, ada beberapa lokasi yang dianggap strategis.
"Kami sudah menyusuri hampir seluruh Indonesia. Yang terpenting tidak di daerah gempa. Ada Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, juga Batam," tutur Djarot.
Baca Juga :
Jurus Batan Atasi Masalah Polusi Udara
Kualitas udara perkotaan di Indonesia cenderung menurun
VIVA.co.id
29 Juli 2016
Baca Juga :