Merajut Harapan, 'Kapsul Waktu' Keliling Indonesia
- VIVA.co.id/Finalia Kodrati
VIVA.co.id - Indonesia terdiri dari 34 provinsi. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia memiliki mimpi. Kini, masyarakat Indonesia bisa mengungkapkan mimpi-mimpinya melalui Ekspedisi Kapsul Waktu 2085. Dalam Kapsul Waktu itu masyarakat bisa menuliskan semua impiannya dan dimasukkan ke dalam kapsul.
Kapsul Waktu ini akan mengelilingi provinsi di seluruh Indonesia. Pekan ini, kapsul tersebut telah sampai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menteri Pariwisata, Arief Yahya menyambut Kapsul Waktu tersebut. "Setiap orang berhak memiliki mimpi, jadi kejarlah mimpi tersebut," kata Arief di Tanjung Tinggi, Belitung.
Sekedar informasi, kegiatan Ekspedisi Kapsul Waktu 2085 sebagai bagian dari Gerakan Nasional Ayo Kerja yang dicanangkan di Titik Nol Sabang pada 10 Maret 2015 lalu. Setelah itu, Kapsul Waktu ini berkelana ke Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.
Kegiatan ini untuk mengumpulkan mimpi masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Menurut Arief, Ekspedisi Kapsul Waktu ini adalah upaya untuk menjahit beraneka harapan tentang Indonesia. "Semua komponen bangsa itu yaitu pemerintah, aparat, pelaku usaha, profesional, petani, nelayan, remaja dan anak-anak," ujarnya menambahkan.
Setelah dari Belitung, Kapsul Waktu ini akan singgah di Lampung dan berkeliling ke seluruh provinsi di Tanah Air hingga 22 Desember mendatang. Kapsul waktu ini nantinya akan berakhir di Merauke. Di sana kapsul akan diletakkan dalam sebuah monumen. Kapsul yang berisikan mimpi masyarakat Indonesia ini akan dibuka tahun 2085 mendatang. "Tahun ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-70 tahun. Dan 70 tahun ke depan nanti akan seperti apa perjalanan bangsa ini. Jika seseorang memiliki mimpi, kejarlah mimpi itu."
Berbagai mimpi disampaikan masyarakat Indonesia dalam Kapsul Waktu tersebut. Mimpi-mimpi itu seperti ingin Indonesia bebas korupsi, Indonesia bisa menjadi juara dunia di sepakbola, dan juga ingin kekayaan Indonesia tak diolah bangsa asing.
(mus)