Habibie Mengeluh Pemerintah Kurang Perhatikan Investasi SDM

BJ Habibie
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Presiden ketiga Republik Indonesia, mengeluhkan pemerintah saat ini tidak memperhatikan investasi sumber daya manusia (SDM) di bidang . Padahal menurutnya, dengan jumlah SDM yang mumpuni akan turut berdampak pada kemajuan bangsa.

Habibie berkisah sejak 1978, saat dia menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, ia bertemu dan membicarakan soal akademi ilmu pengetahuan dengan Presiden Soeharto.

Carita Dasa Windu, Hadiah Eksklusif untuk Habibie

Kemudian, ia mengeluhkan juga banyak orang yang masih belum mengerti betul akan maksud dari keberadaan akademi.

"Akademi itu jangan underestimate dulu. Ada masyarakat yang tidak tahu arti maksud akademi itu. Untuk apa mengeluarkan (dana) untuk ilmu pengetahuan," ujar Habibie di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta, Senin, 12 Oktober 2015.

Ia melanjutkan, sampai ada nada-nada suara yang menginginkan untuk membubarkan akademi hingga anggaran diperkecil.

"Puspiptek (Pusat penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi) mau dijadikan tempat main golf," kata Habibie.

Acuhnya pemerintah terbukti dengan lebih mengutamakan hasil-hasil bumi, seperti batu bara dan minyak bumi karena harganya meningkat.

"Semua sumber daya alam naik (harganya). Jadi, ngapain masukkan (akademi) itu. Tidak ada gunanya, menghabiskan duit saja," ucap dia menirukan orang yang menolak keberadaan ilmu pengetahuan.

Padahal, jelas Wakil Presiden ketujuh itu, dengan kualitas SDM yang mumpuni dapat melahirkan banyak manfaat bagi Indonesia, seperti menjaga kekayaan alam dan menciptakan ketersediaan lapangan.

"Kita garis bawahi dari sumber daya alam itu harus pandai dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup. Nantinya akan terjadi pemerataan, karena lapangan kerja merata, pendidikan merata, produktivitas merata, hingga pembudayaan merata," tutur dia.

Seperti diketahui, Habibie turut andil dalam pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) awal 1990-an. AIPI yang sudah berusia ke-25 tahun ini menjadi lembaga mandiri untuk para ilmuwan Indonesia.

Semantara untuk anggaran dana penelitian Indonesia saat ini masih rendah, sekitar 0,09 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP).