Bencana Kabut Asap, Industri Sawit RI Hadapi Dilema
- ANTARA/Rony Muharrman
VIVA.co.id - Data dari Center for International Forestry Research (CIFOR) menyatakan Indonesia kini menjadi pemasok kelapa sawit terbesar di dunia. Tahun 2014, Indonesia memasok 52 persen atau mengekspor 33 juta ton kelapa sawit dunia.
Ironisnya, pemasok kelapa sawit terbesar di dunia ini sedang menghadapi masalah. Ketika dianggap banyak pihak menjadi faktor utama penyebab kebakaran hutan tahun ini, perkebunan kelapa sawit menyumbangkan USD18,4 milyar bagi perekonomian negara.
"Produksi kelapa sawit bermanfaat nyata secara ekonomi, namun ongkos sosial, kesehatan dan ekologisnya juga sangat serius," ujar peneliti CIFOR, Prof. Dr. Herry Purnomo, di Gedung DPR RI pada Kamis, 8 Oktober 2015.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Kelola Pemerintahan, Monica Tanuhandaru, mengatakan kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap semakin merajalela. Ekspansi perkebunan sawit bahkan telah melintasi batas antar negara dan menjadi semakin tidak terkendali.
"Asap ini sudah sampai Vietnam dan juga Thailand," ujar Handaru di Gedung DPR.
Kabut asap, kata Handaru, dapat terjadi lantaran pemerintah lalai mengantisipasi. Tak pelak, kabut asap dari kebakaran hutan pun menjadi bencana dengan siklus tahunan. Namun, sampai hari ini, Handaru menyayangkan sikap pemerintah yang belum merilis data resmi tentang luasan areal terbakar maupun kerugian ekonomi, ekologis dan sosial akibat kebakaran hutan dan lahan.
Menurut data CIFOR, kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan selama Februari dan Maret 2015, khusus di Provinsi Riau saja mencapai Rp 28 triliun.
"Kabut asap juga diprediksi merugikan perekonomian negara komunitas ASEAN sebesar USD 10 milyar," ungkap Herry Purnomo. (ren)