Bocah SD Buat Alat Detektor Beban Tas, Terinspirasi Lift

Rafi Yudha Hidayat penemu alat detektor beban tas
Sumber :
  • Viva.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Siswa kelas 5 SD Al-Azhar 29 Semarang Jawa Tengah, Rafi Yudha Hidayat, cukup kreatif. Berawal dari pengalamannya naik lift di pusat perbelanjaan, bocah 10 tahun itu mampu menciptakan sebuah alat detektor berat tas punggung yang penuh manfaat.

Alat ciptaan Rafi diberi nama Bag Over Weight Sensor (BOS). Alat ini, bahkan memenangkan kejuaraan kompetisi inovasi siswa tingkat nasional, Kalbe Junior Scientist Award pada September 2015 lalu. Bahkan, hasil karya anak dari pasangan Daya Hidayat dan Yusi Pritawati itu telah dipatenkan oleh Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI).

Secara kasat mata, alat buatan Rafi terlihat sangat sederhana, tetapi ide kreatifnya mahal. Fungsi alat ini adalah mengetahui berat tas sekolah siswa yang berisi buku dan kebutuhan lain.

"Banyak teman-teman yang mengalami masalah pegel-pegel di punggung, karena tasnya berat. Saya juga sering mengalami itu," kata Rafi kepada VIVA co.id ditemui di sekolahnya di SD Al-Azhar 29 Semarang, Rabu, 7 Oktober 2015.

Bocah kelahiran Semarang, 24 Juni 2005 silam ini mencari tahu berat beban tas yang kerap dibawanya dan siswa lain ke sekolah. Rupanya, rata-rata berat beban tas selalu lebih dari 15 kilogram. Padahal, beban maksimal sesuai kesehatan adalah 10 kilogram. Nah, muncullah ide alat yang memiliki alarm yang berfungsi sebagai penanda jika beban tas melebihi 10 kilogram.

"Ide dan konsep alat ini saya dapat saat naik lift di mal. Lift biasanya memiliki alarm yang berbunyi, jika orang yang naik terlalu berat," ujar bocah yang mengaku tinggal di Bukit Graha Taman Bunga, A-4 nomor 17, Mijen, Semarang ini.

Untuk membuat BOS, Rafi dibantu oleh guru pembimbing di sekolah, bahkan menggunakan sejumlah bahan bekas yang murah dan sederhana. Seperti neraca pegas, logam, ruji sepeda, kabeltis, kabel biasa, dan sirine sepeda sebagai alarm. Dilakukanlah percobaan, demi percobaan.

Secara manual, neraca disusun tepat di atas tali tas yang tersambung dengan kabel ke sebuah alarm sepeda. Neraca yang diberi batas berat maksimal 10 kiligram itu, kemudian dilubangi dan ditaruh ruji sepeda yang tersambung kabel. Fungsi kerjanya sederhana. Jika, beban tas melebihi 10 persen berat badan, tembaga pada jarum penunjuk akan menyentuh logam sehingga alarm yang diletakkan di dalam tas akan berbunyi.

"Kalau beban orang 50 kilogram, maka tasnya tidak boleh lebih dari lima kilogram beratnya. Saya bikin alatnya tiga hari," kata siswa yang punya hobi bermain alat robotik itu.

Meski begitu, percobaan Rafi tidak selalu berjalan mulus. Dia harus melakukan percobaan sampai tiga kali hingga rangkaian alat pendeteksi berat ini bisa berfungsi sempurna.

"Awalnya, beban dari barang bawaan di dalam tas tidak dapat tertimbang semuanya. Baru ketiga ini yang langsung berhasil,” katanya.

Empat Karya Seni Bangsa yang Tersembunyi di Instagram



Sementara itu, Titan Ajiyana (26), selaku guru pembimbing Rafi mengatakan, butuh waktu panjang untuk anak didiknya memenangi ajang bergengsi yang mempertemukan langsung dengan Presiden Joko Widodo dan Mendikbud Anies Baswedan itu.

Rafi, bahkan harus bersaing dengan 118 peserta dari 22 provinsi di Indonesia. Setiap peserta disaring dan akan diambil 18 proposal peserta terbaik. Kemudian, masing-masing siswa yang mengirimkan proposal tersebut melakukan presentasi di depan lima juri ternama dari berbagai bidang.

"Bulan Maret 2015 lalu, kita masukkan proposalnya. Kalau fungsi guru pembimbing sendiri hanya membantu mencarikan literatur melalui jurnal dan bacaan lain. Idenya tetap dari Rafi," kata pria yang menjabat sebagai Kepala SMP Al-Azhar 29 itu.

Rencananya, setelah dipamerkan selama satu tahun di LIPI, pihak sekolah akan mematenkan alat tersebut untuk digunakan oleh para siswa. Namun, pihaknya harus melakukan berbagai penyempurnaan alat untuk lebih ringkas dan memperhatikan kenyamanan.

"Alat ini masih kita kembangkan untuk sisi kenyamanannya. Kalau untuk membuat alat ini sebenarnya cukup murah, hanya Rp75 ribu, " kata dia. (asp)