Jumlah PHK Meningkat, Akibat Krisis

Pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI Drs. H. M Luthfi A. Mukti
Sumber :
VIVA.co.id
- Krisis ekonomi yang dialami  Indonesia akhir-akhir ini sudah memberikan dampak yang sangat besar. Salah satunya adalah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Ribuan karyawan sudah diPHK perusahaannya secara sepihak, tanpa dialog dan mediasi. Kondisi ini dipastikan akan menyebabkan bertambahnya angka kemiskinan, lantaran pemutusan hubungan kerja menyebabkan  bertambahnya jumlah pengangguran.


Pernyataan itu disampaikan pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI Drs. H. M Luthfi A. Mukti saat membuka Seminar Sehari Fraksi Partai Nasdem MPR RI yang berlangsung di Hotel Mega Anggrek Jakarta pada Rabu 7 Oktober 2015.

Pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI Drs. H. M Luthfi A. Mukti

Wakil Ketua MPR: Indonesia Dipandang Penting oleh Qatar
Seminar hasil kerjasama MPR dengan Fraksi partai Nasdem itu mengetengahkan tema Restorasi Hubungan Industrial Demi Mewujudkan Keadilan dan Mendukung Percepatan Pembangunan.
Hidayat Nur Wahid: Kita Harus Mensinergikan Potensi Umat

Empat narasumber turut menyampaikan makalahnya pada acara tersebut. Mereka adalah Irma Suryani Anggota MPR RI F Nasdem, Haryadi Sukamdani pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Pratiwi Ferbry dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Ketua MPR dan Wapres Hadiri Konferensi Pemberantasan Korupsi


Krisis ekonomi yang saat ini menimpa Indonesia menurut H. M Luthfi A. Mukti bukan hanya dialami Indonesia tapi juga dunia internasional. Bahkan krisi ini menyebabkan Yunani menjadi negara gagal karena tidak mampu menyelesaikan kewajibannya.


Untungnya kata Luhfi, kondisi ekonomi dalam negeri Indonesia masih cukup baik, sehingga pengaruh krisis ekonomi masih bisa tertahan. Kalau tidak, maka pengaruh krisis, ini akan terasa semakin berat.


"Rasio hutang kita terhadap PDB sekitar 25 - 30 persen. Angka sebesar itu masih cukup sehat, dibanding  ada sebuah negara yang rasioa hutang dan PDB nya mencapai 170 persen. Itu artinya seluruh pendapatan negara itu habis untuk membayar hutang,” kata Luthfi.


Dibanding  1999 krisis yang menimpa Indonesia saat ini terasa sulit. Penyebabnya karena krisis yang terjadi saat ini juga dirasakan berbagai negara di dunia. Selain itu, depresiasi terhadap rupiah tidak bisa dimanfaatkan oleh sektor pertanian seperti yang terjadi pada 1999. Ketika itu, saat nilai tukar rupiah turun, banyak petani mendapat untung lantaran berbagai komoditas pertanian terjual dengan mata uang dolar Amerika.


"Saat ini harga komoditas pertanian, seperti kakao, karet hingga sawit tidak ikut mengalami kenaikan harga. Bahkan komoditas tersebut tidak laku dijual dinegara-negara tujuan ekspor, lantaran negara tujuan ekspor juga tengah dilanda krisis,” kata Luthfi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya