Jumlah PHK Meningkat, Akibat Krisis
Rabu, 7 Oktober 2015 - 14:31 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Krisis ekonomi yang dialami Indonesia akhir-akhir ini sudah memberikan dampak yang sangat besar. Salah satunya adalah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Ribuan karyawan sudah diPHK perusahaannya secara sepihak, tanpa dialog dan mediasi. Kondisi ini dipastikan akan menyebabkan bertambahnya angka kemiskinan, lantaran pemutusan hubungan kerja menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran.
Pernyataan itu disampaikan pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI Drs. H. M Luthfi A. Mukti saat membuka Seminar Sehari Fraksi Partai Nasdem MPR RI yang berlangsung di Hotel Mega Anggrek Jakarta pada Rabu 7 Oktober 2015.
Baca Juga :
XL Tak Pecat Massal Karyawan, Cuma Penyegaran
Baca Juga :
Mazda Indonesia Pastikan Tak Ada PHK Karyawan
Pernyataan itu disampaikan pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI Drs. H. M Luthfi A. Mukti saat membuka Seminar Sehari Fraksi Partai Nasdem MPR RI yang berlangsung di Hotel Mega Anggrek Jakarta pada Rabu 7 Oktober 2015.
Seminar hasil kerjasama MPR dengan Fraksi partai Nasdem itu mengetengahkan tema Restorasi Hubungan Industrial Demi Mewujudkan Keadilan dan Mendukung Percepatan Pembangunan.
Empat narasumber turut menyampaikan makalahnya pada acara tersebut. Mereka adalah Irma Suryani Anggota MPR RI F Nasdem, Haryadi Sukamdani pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Pratiwi Ferbry dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Krisis ekonomi yang saat ini menimpa Indonesia menurut H. M Luthfi A. Mukti bukan hanya dialami Indonesia tapi juga dunia internasional. Bahkan krisi ini menyebabkan Yunani menjadi negara gagal karena tidak mampu menyelesaikan kewajibannya.
Untungnya kata Luhfi, kondisi ekonomi dalam negeri Indonesia masih cukup baik, sehingga pengaruh krisis ekonomi masih bisa tertahan. Kalau tidak, maka pengaruh krisis, ini akan terasa semakin berat.
"Rasio hutang kita terhadap PDB sekitar 25 - 30 persen. Angka sebesar itu masih cukup sehat, dibanding ada sebuah negara yang rasioa hutang dan PDB nya mencapai 170 persen. Itu artinya seluruh pendapatan negara itu habis untuk membayar hutang,” kata Luthfi.
Dibanding 1999 krisis yang menimpa Indonesia saat ini terasa sulit. Penyebabnya karena krisis yang terjadi saat ini juga dirasakan berbagai negara di dunia. Selain itu, depresiasi terhadap rupiah tidak bisa dimanfaatkan oleh sektor pertanian seperti yang terjadi pada 1999. Ketika itu, saat nilai tukar rupiah turun, banyak petani mendapat untung lantaran berbagai komoditas pertanian terjual dengan mata uang dolar Amerika.
"Saat ini harga komoditas pertanian, seperti kakao, karet hingga sawit tidak ikut mengalami kenaikan harga. Bahkan komoditas tersebut tidak laku dijual dinegara-negara tujuan ekspor, lantaran negara tujuan ekspor juga tengah dilanda krisis,” kata Luthfi.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Seminar hasil kerjasama MPR dengan Fraksi partai Nasdem itu mengetengahkan tema Restorasi Hubungan Industrial Demi Mewujudkan Keadilan dan Mendukung Percepatan Pembangunan.