Monyet Hidung Pesek dan 200 Spesies Baru di Himalaya
- Mirror.co.uk
VIVA.co.id - Monyet Berhidung Pesek’ menjadi spesies baru dari ordo Primata di Himalaya. Monyet ini merupakan salah satu dari 200 temuan spesies terbaru di Himalaya Timur dalam lima tahun terakhir.
Uniknya, monyet berhidung pesek ini akan mudah ditemukan saat musim hujan tiba. Kendati hidungnya memiliki bentuk lubang yang menengadah ke atas, jika terkena air otomatis primata ini akan bersin-bersin.
'Snubby' merupakan julukan monyet lucu itu. Ternyata, hewan ini bisa mensiasati diri saat hujan tiba. Snubby akan menyelipkan kepalanya di antara lutut, sehingga hidung pun terlindung dari hujan.
Selain Snubby, temuan spesies baru satwa liar lainnya berasal dari beberapa wilayah seperti di Nepal, Bhutan, jauh di utara Burma, Tibet selatan dan utara-timur India. Total ditemukan 133 spesies tanaman, 26 spesies ikan, 10 spesies amfibi, dan satu reptil.
Organisasi konservasi World Wild Fund (WWF) mengungkapkan kemunculan spesies baru tersebut tidak terlepas dari kemungkinan ancaman yang datang. Utamanya adalah perubahan iklim, yang menjadi ancaman serius bagi mahluk hidup.
Ancaman lain adalah pertumbuhan penduduk, deforestasi, perburuan, pertambangan, penggembalaan, perdagangan satwa liar, polusi dan pembangunan bendungan hidroelektrik.
Penasehat WWF di Inggris, Heather Sohl, mengomentari tentang penemuan spesies baru tersebut. Ini disebutnya dapat dijadikan pembelajaran bagi semua bahwa masih banyak spesies baru di belahan bumi ini yang belum diketahui.
"Ini adalah pengingat yang sebenarnya bahwa jika kita tidak bertindak sekarang untuk melindungi ekosistem yang rapuh, kekayaan alam yang tak terhitung, bisa hilang selamanya," kata Sohl, seperti dikutip Mirror.co.uk, Rabu 7 Oktober 2015.
Dechen Dorji dari WWF Bhutan menyebut temuan 211 spesies baru itu, menunjukkan kekayaan biologi di dunia dan merupakan karunia menakjubkan dari alam.
Penemuan lainnya, selain monyet hidung pesek, adalah burung tutul pengicau, katak bermata biru mencolok, dan ular berbisa yang memiliki kepala berbentuk tombak dengan paduan pola merah dan oranye.
Sedangkan di lingkungan laut ditemukan ikan berkepala ular yang kecil dan bisa berjalan. Ikan ini bisa bernafas di udara, bertahan hidup di darat hingga empat hari, bisa menggeliat dan meronta hingga seperempat mil di atas tanah basah. (asp)