6-10-1981: Presiden Mesir Anwar Sadat Tewas Dibunuh
Selasa, 6 Oktober 2015 - 08:26 WIB
Sumber :
- REUTERS/Handout
VIVA.co.id
- Tepat 34 tahun yang lalu, tragedi berdarah terjadi di Mesir. Orang nomor satu yang memimpin negeri 1.000 piramida, Anwar Sadat, tewas dibunuh oleh kelompok tertentu ketika menghadiri pameran udara militer.
Baca Juga :
Mesir Siap Bantu Kemerdekaan Palestina
Baca Juga :
Unik, Seekor Keledai Bisa Lompat di Mesir
Stasiun berita BBC melansir saat itu, Sadat tengah menghadiri peringatan ke-8 perang Yom Kippur dengan Israel. Dia hadir di sana sebagai perwira militer senior yang memimpin angkatan bersenjata.
Sebagai pemimpin, dia melakukan penghormatan, meletakan karangan bunga dan menyaksikan parade Angkatan Udara Mesir. Tetapi, tiba-tiba muncul sekelompok pria bersenjata yang turun dari sebuah truk.
Mereka terbagi menjadi dua fokus: podium Presiden dan penonton. Di saat itu, pelaku langsung melepaskan tembakan dari senjata otomatis secara membabi buta.
Menurut penuturan saksi mata, walaupun acara itu dijaga ketat oleh otoritas keamanan, pada kenyataannya pelaku bisa melepaskan tembakan selama satu menit. Pengawal pribadi Presiden Mesir bisa kembali menembak balik ke arah pelaku. Hasilnya, sekitar 10 orang mengalami luka parah atau langsung tewas di tempat.
Petugas keamanan kemudian menembak dan membunuh dua penyerang serta menguasai area pameran. Sementara, para penonton yang terdiri dari warga sipil dan anggota militer terlihat kocar kacir menyelamatkan diri sendiri.
Sadat kemudian dilarikan ke rumah sakit militer dengan menggunakan helikopter. Dia dilaporkan meninggal dua jam kemudian.
Publik mempertanyakan tepatnya sasaran dan terkoordinasinya serangan menimbulkan kecurigaan adanya keterlibatan pejabat intelijen dan militer dari dalam Mesir sendiri. Tak lama kemudian, sebuah kelompok yang menamakan diri Organisasi Independen untuk Pembebasan Mesir mengatakan mereka lah yang melakukan aksi pembunuhan. Tetapi, klaim tersebut tidak bisa diverifikasi.
Sadat diketahui telah membuat kecewa negara-negara Teluk Arab, lantaran berupaya untuk menjalin hubungan bilateral dengan Israel. Dia menjadi pemimpin negara dari kawasan Timur Tengah pertama yang mengakui terbentuknya Israel pada tahun 1948 lalu.
Di bawah kepemimpinan Sadat pula, Mesir meneken kesepakatan mengenai kerangka perdamaian di Timur Tengah di Camp David, Amerika Serikat. Kesepakatan itu termasuk otonomi terbatas bagi Palestina.
Oleh sebab itu, ketika mendengar Sadat tewas, reaksi yang muncul beragam. Presiden Negeri Paman Sam, Ronald Reagan mengecam aksi pembunuhan terhadap Sadat.
"Amerika telah kehilangan seorang teman, dunia telah kehilangan seorang negarawan dan manusia telah kehilangan juara perdamaian," kata Reagan.
Sementara, kematian Sadat malah disambut dengan suka cita di Libya. Radio Tripoli menyiarkan setiap tirani akan memiliki akhir. Ribuan warga turun ke jalan untuk merayakan berita tersebut.
Reaksi agak berbeda ditunjukkan oleh Organisasi Pembebasan Palestina. Pejabat PLO, Nabil Ramlawi, mengatakan Palestina memang tengah menanti akhir era kepemimpinan Sadat. Tetapi, di saat yang bersamaan mereka juga mengecam aksi pembunuhan.
"Kami yakin era kepemimpinannya dinanti karena dia tidak sejalan dengan kepentingan rakyatnya sendiri, negara-negara Arab dan rakyat Palestina," kata Ramlawi.
Posisi Sadat kemudian diisi oleh Wakil Presiden, Husni Mubarak.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Mereka terbagi menjadi dua fokus: podium Presiden dan penonton. Di saat itu, pelaku langsung melepaskan tembakan dari senjata otomatis secara membabi buta.