BUMN ini Mulai Bangun Pabrik Bahan Bakar Pengganti Batubara
Minggu, 4 Oktober 2015 - 23:34 WIB
Sumber :
- Dokumentasi PT EMI (Persero)
VIVA.co.id - PT Energy Management Indonesia (Persero) resmi memulai pembangunan pabrik pelet kayu atau wood pellet di Purworejo, Jawa Tengah. Peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik pembangkit listrik dengan berbahan baku alternatif tersebut dilakukan oleh Bupati Purworejo, Mahsun Zain, Direktur Utama PT EMI, Aris Yunanto, dan para tokoh serta pejabat daerah setempat.
Aris mengatakan, pabrik yang ditargetkan beroperasi pada pertengahan tahun 2016 ini merupakan salah satu upaya perusahaan guna mendukung pemerintah dalam melakukan penghematan energi dan menyiapkan energi alternatif yang ramah lingkungan.
Sebab, produk dari limbah industri pengolahan kayu di Kedu Selatan, kayu kaliandra dan glirsidia (pohon Gamal) ini bisa dipakai sebagai pengganti energi batubara.
"Ini (pendirian pabrik ini) sebagai upaya PT EMI dalam mendukung program pemerintah dalam hal efisiensi sumber daya energi dan energi baru terbarukan," kata Aris dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Minggu 4 Oktober 2015.
Pabrik yang didirikan pada lahan seluas 10 hektar (perkiraan) ini, nantinya mampu memproduksi 36 ribu ton pelet kayu per tahun. Potensi pelet kayu ini jika dikonversikan menjadi pembangkit listrik bisa menghasilkan listrik sedikitnya lima megawatt (MW).
Hal tersebut dijelaskan oleh Direktur PT Energi Biomasa Indonesia, Satrio Astungkoro. Anak usaha EMI itu yang akan mengoperasikan pabrik palet kayu ini.
Dijelaskan, berbeda dengan batubara biasa, pelet kayu ini memiliki kalori mencapai 4.800 kilo kalori (kkal). Bahkan kalau ditambah jadi arang aktif atau bio car coal kalorinya bisa mencapai 7.500 kkal. Aris menerangkan sejumlah keunggulan palet kayu dibandingkan batubara.
"Limbah batubara termasuk kategori B3 atau berbahaya sementara abu wood pellet bisa langsung diaplikasikan ke tanah sebagai pupuk. Batubara susah dibakar dan kalau sudah terbakar harus sampai habis dan mati. Palet kayu sama seperti kayu bakar , tapi tingkat kalorinya sama seperti batubara. Bisa dimatikan jika tidak dipakai, dan dibakar lagi," terang Aris.
Lebih lanjut Satrio menjelaskan, bahan baku palet kayu yang bagus adalah kayu keras, misalnya kaliandra merah (Caliandra callothyrsus). Tanaman ini dapat dikatakan ‘bandel’ lantaran mampu hidup di lahan dengan kadar air sangat rendah sampai di tanah subur. Juga tumbuh di ketinggian lahan rendah seperti sekitar pantai, hingga jauh di atas permukaan laut seperti gunung atau pebukitan.
"Kaliandra merah juga bisa menyuburkan tanah melalui fiksasi nitrogen dalam tanah. Tinggi pohon kaliandra merah hanya 2,5 meter sampai 3 meter. Pohon ini memiliki diameter 10 cm. Kalau mau lebih bagus lagi, dibikin jadi arang dulu sehingga kalorinya setara dengan 7.000-7.500 kkal. Itu setara dengan batubara kelas terbaik dan tidak mengakibatkan polusi, baik pada pemanfaatan produk maupun limbah abunya," ujar Satrio.
Bahan baku untuk memproduksi palet kayu ini di datangkan dari sekitar wilayah Purworejo hingga Wonosobo, Magelang, Kebumen, hingga Banyumas. Warga Purworejo juga dapat berpartisipasi sebagai penyuplai bahan baku tersebut.
Dalam melakukan kegiatan produksi, PT. EMI mengerahkan tenaga-tenaga terlatih dan professional, serta didukung peralatan yang terbaik. Investasi yang disiapkan untuk membangun pabrik bahan bakar alternatif dan terbarukan yang ramah lingkungan ini mencapai Rp 40 Miliar.
Meski demikian, Aris tak khawatir soal pasar. Sebab, penggunaan pelet kayu sebagai bahan bakar sudah lazim di beberapa negara. Ia memberi contoh, selain perusahaan pembangkit listrik, industri makanan dan minuman di dalam negeri juga sudah memesan pelet kayu sebagai bahan bakarnya.
"Karena ini (pelet kayu) adalah bio massa yang artinya tidak menyebabkan polusi dan ramah lingkungan, sehingga bagus untuk industri makanan minuman," ucap Aris.
Sebagai informasi, pelet kayu buatan PT EMI ini akan menyasar pasar ekspor, khususnya Jepang dan Korea Selatan. Selain itu, perusahaan plat merah ini berencana menggunakan pelet kayu tersebut untuk memproduksi listrik sendiri. PT EMI rencananya akan mengembangkan usaha pembangkit listrik berkapasitas 5 MW–10 MW di beberapa lokasi di Indonesia
Bupati Purworejo, Mahsun Zain mengapresiasi berdirinya pabrik pelet kayu EMI di wilayahnya. Menurut Zain, banyak manfaat yang akan dirasakan dari berdirinya pabrik milik BUMN yang bergerak di bidang Konversi dan Konservasi Energi dan air tersebut. Misalnya, membuka lapangan kerja baru untuk warga sekitar, sekaligus menambah kegiatan ekonomi masyarakat sebagai pengumpul kaliandra.
"Kita dapat merasakan banyak manfaat dari berdirinya pabrik ini. Ini juga sejalan dengan program pemerintah," kata Zain dalam kesempatan yang sama. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Limbah batubara termasuk kategori B3 atau berbahaya sementara abu wood pellet bisa langsung diaplikasikan ke tanah sebagai pupuk. Batubara susah dibakar dan kalau sudah terbakar harus sampai habis dan mati. Palet kayu sama seperti kayu bakar , tapi tingkat kalorinya sama seperti batubara. Bisa dimatikan jika tidak dipakai, dan dibakar lagi," terang Aris.