2-9-1958: Guini Merdeka, Afrika Perang Dingin
Jumat, 2 Oktober 2015 - 02:35 WIB
Sumber :
- Africaguinee.com
VIVA.co.id
- Guinea (Guini), sebuah wilayah di Afrika yang menjadi jajahan Prancis memproklamasikan kemerdekaannya pada 2 Oktober 1958. Seorang Muslim, Ahmad Sekou Toure, menjadi pemimpin pertama negara tersebut.
Berbeda dengan wilayah bekas jajahan Prancis lainnya, Guini menolak bergabung dengan negara Afrika lain yang bergabung dengan Komunitas Perancis. Toure memilih Guini bebas independen. Akibatnya, Perancis menarik semua bantuan dari republik baru tersebut.
Keputusan Toure ini membuat Amerika khawatir. Toure terkenal sebagai seorang nasionalis garis keras dan sangat anti imperialis. Ia kerap mengungkapkan kemarahannya pada Amerika Serikat dan koloninya, yaitu Inggris dan Perancis. Ia juga secara terbuka menolak dan mengutuk pemerintahan minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Apalagi Guini juga secara terang-terangan menerima bantuan dana dan senjata dari Uni Soviet. Tahun 1960, nyaris seluruh ekspor dari negara tersebut lari ke Blok Timur. Soviet juga mengucurkan jutaan dollar ke Guini, dan secara terbuka Toure menyatakan ketertarikannya pada Mao di China.
Namun dalam perjalanan negara tersebut, Toure terkenal pandai memainkan konflik yang menguat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tujuannya, ingin mendapatkan bantuan dan perdagangan. Media Amerika menyebut negara tersebut sebagai "Red Guinea." Namun Guini tak pernah benar-benar menjadi "merah."
Baca Juga :
Tanggapan Muslim di Afrika atas Menangnya Trump
Dikutip dari
Namun tahun 1975, Guini kembali mengubah arah. Ia memutuskan kembali mengizinkan pesawat tempur Soviet dan Kuba untuk menggunakan bandaranya saat masa perang saudara di Angola. Lalu tahun 1977, Guini kembali mengubah arah. Negara itu kembali mendekat ke Prancis dan Amerika Serikat. Kecerdikan Toure memainkan kedekatan dengan AS dan Soviet memberi keuntungan bagi negara tersebut.
Ketakutan Amerika akan pengaruh komunis paska penjajahan kolonial di Afrika membuat negara adi daya tersebut membabi buta. Guini dengan tepat memainkan emosi perebutan kekuasaan tersebut. Sehingga paska Perang Dunia II, Afrika menjadi wilayah pertempuran lain bagi Amerika dan Uni Soviet.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Namun tahun 1975, Guini kembali mengubah arah. Ia memutuskan kembali mengizinkan pesawat tempur Soviet dan Kuba untuk menggunakan bandaranya saat masa perang saudara di Angola. Lalu tahun 1977, Guini kembali mengubah arah. Negara itu kembali mendekat ke Prancis dan Amerika Serikat. Kecerdikan Toure memainkan kedekatan dengan AS dan Soviet memberi keuntungan bagi negara tersebut.