Bumbu Pecel Terkontaminasi Alfatoksin Penyebab Kanker?
- Ist.
VIVA.co.id - Sebagai negara tropis, keamanan pangan di Indonesia harus menjadi perhatian serius. Apalagi, adanya potensi tinggi ancaman tercemarnya bahan pangan dengan toksin yang dihasilkan oleh jamur yang dikenal dengan mikotoksin.
Dikatakan ahli pangan dari Universitas Gadjah Mada, potensi paparan alfatoksin cukup tinggi, karena Indonesia adalah daerah tropis. Keracunan makanan akibat kontaminasi racun atau toksin cukup membahayakan kesehatan, berakibat kronis, bahkan mematikan.
"Sebagai negara tropis, Indonesia sangat rentan terhadap pencemaran jamur dan toksin di produk-produk pertanian yang dihasilkan. Salah satu jenis mikotoksin yang cukup membahayakan adalah alfatoksin yang diproduksi oleh Aspergillus flavus," kata pakar pangan UGM, Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, Kamis 1 Oktober 2015.
Menurut dia, produk pangan, khususnya berbasis biji-bijian seperti jagung dan kacang, rentan tercemar alfatoksin. Namun demikian, cemaran alfatoksin ini belum begitu disadari oleh masyarakat luas.
Kondisi ini dikarenakan efek samping racun tidak terlihat atau timbul secara langsung seperti halnya pada kejadian keracunan makanan. Efek alfatoksin baru akan terlihat dalam jangka panjang.
"Alfatoksin ini tidak akut, tidak langsung terlihat seketika, tetapi baru terlihat puluhan tahun ke depan dan bersifat kronis, mematikan,” ungkap Endang.
Cemaran alfatoksin pada produk makanan yang dijual di pasaran sangat berpotensi merangsang timbulnya kanker. Salah satunya menyebabkan kanker hati. Penelitian Liu dan Wu (2010) menunjukkan negara ASEAN berada di posisi kedua sebanyak 27 persen, setelah Afrika sebesar 40 persen.
“Hal ini sungguh memprihatinkan, sehingga perlu dilakukan suatu tindakan yang komprehensif untuk mencegah munculnya cemaran alfatoksin selama pascapanen dan distribusi,” ujarnya.
Cemaran alfatoksin tidak hanya membahayakan kesehatan, tetapi juga mengancam perekonomian. Dengan produk-produk pertanian lokal yang tidak memenuhi persyaratan akibat kontaminasi alfatoksin menjadikan sulit untuk menembus pasar global.
“Kontaminasi alfatoksin dapat menurunkan daya saing produk-produk pertanian lokal,” jelasnya.
Penelitian yang dilakukan Endang menunjukkan masih terdapat kacang tanah dan jagung yang tidak memenuhi persyaratan bahan dasar untuk masuk ke industri besar.
Selain memiliki mutu yang rendah juga tercemar alfatoksin. Kebanyakan bahan tersebut hanya masuk skala UMKM untuk diolah menjadi berbagai produk makanan seperti bumbu pecel, kacang atom, enting-enting gepung, dan emping jagung.
“Beberapa produk panganan ini tercemar alfatoksin melebihi batas persyaratan maksimum," ungkapnya.
Endang menuturkan, jagung, kacang tanah, maupun ikan asin merupakan bahan pangan konsumsi nasional penting yang produksinya melibatkan setidaknya 40 juta petani dan 2,2 juta nelayan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian petani serta nelayan akan fenomena cemaran alfatoksin yang membahayakan ini.
“Keduanya merupakan ujung tombak dalam penanganan kasus cemaran alfatoksin ini, sehingga kepedulian terhadap hal ini perlu ditingkatkan," papar Guru Besar FTP UGM ini.