Industri Mebel dan Kerajinan Jadi Penopang Ekonomi RI
VIVA.co.id - Industri mebel dan kerajinan nasional telah menjadi penopang ekonomi di tengah krisis ekonomi nasional.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak mengatakan, permintaan dunia atas produk mebel dan kerajinan sangat tinggi.
"Industri mebel dan kerajinan nasional merupakan bantalan ekonomi yang kuat saat krisis ekonomi seperti saat ini. Industri ini telah menjadi jalan keluar dalam penyerapan tenaga kerja," ujarnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa, 29 September 2015.
Pertumbuhan positif juga dialami produk kerajinan Indonesia, yang setahun terakhir mengalami kenaikan 3,76 persen dengan total nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada 2014 mencapai US$694 juta.
Negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Inggris, Jerman, Belanda, Korea Selatan, Australia, Prancis, dan Singapura.
Pada periode Januari-Juli 2015, nilai ekspor kerajinan mencapai US$406 juta, atau meningkat 0,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut dia, industri ini tetap eksis dan menghasilkan devisa di saat industri lain terkena imbas krisis karena didukung konten lokal yang cukup besar.
Ditambah semakin kondusifnya iklim investasi, diharapkan pertumbuhan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional dapat terus meningkat dalam lima tahun ke depan.
“Ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar, dan revitalisasi teknologi dalam industri furnitur dan komponen furnitur di Indonesia harus mampu meningkatkan kinerja sektor mebel dan kerajinan,” katanya menambahkan.
Nuz mengungkapan, permintaan dunia atas produk furnitur sangat tinggi dengan nilai US$163,2 miliar. Tren pertumbuhannya sangat positif yaitu sebesar 7,76 persen dalam lima tahun terakhir dari total ekspor furnitur dunia ini. Namun, Indonesia baru mampu menyuplai 1,09 persen dari permintaan dunia di tahun 2014, sehingga menempatkan Indonesia di posisi ke-19 dunia. Sementara, Vietnam sudah menyuplai 3,68 persen, dan Malaysia 1,50 persen.
"Ini tantangan industri furnitur kita. Tidak ada cara lain kita harus meningkatkan daya saing produk dengan memanfaatkan era keterbukaan dan kebutuhan dunia atas produk berkelanjutan."
Dalam setahun terakhir sektor furnitur mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,18 persen dengan total nilai ekspor pada 2014 sebesar US$1,78 miliar. Untuk periode Januari-Juli 2015 nilai ekspor produk furnitur mencapai US$1,01 miliar.
(mus)