Printer 3D Terbesar, Bisa Bikin Rumah Sekampung
Jumat, 25 September 2015 - 13:58 WIB
Sumber :
- IB Times
VIVA.co.id
- Minimnya produksi rumah di negara miskin bisa diatasi dengan menggunakan mesin cetak tiga dimensi. Mesin cetak berukuran paling besar ini diklaim bisa membangun rumah murah ramah lingkungan.
Mesin cetak 3D atau printer 3D itu diberi nama BigDelta. Itu digunakan untuk membangun rumah menggunakan campuran tanah liat, kotoran, dan serat natural. Printer itu dibuat oleh World's Advanced Saving Project (WASP).
Sebelumnya PBB pernah mengeluarkan laporan jika kebutuhan rumah di negara miskin belum bisa dipenuhi. Setiap harinya dibutuhkan 100.000 unit rumah berharga murah sampai 2030 nanti, seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia di negara tersebut.
Data global menunjukkan jika sekitar sempat miliar orang memiliki penghasilan US$3.000 per tahun. Ini bisa menjadi target segmen BigDelta dalam memproduksi rumah murah dan ramah lingkungan.
Dikatakan tim WASP, rumah tanah liat yang dibangun BigDelta bisa digunakan untuk hunian jangka panjang dan tak membutuhkan perawatan mahal. Setiap lima tahun, rumah itu hanya butuh untuk ditambahkan tanah liat di permukaan luarnya.
"Mesin BigDelta bekerja mirip seperti filamen konvensional di printer 3D. Butuh rangka yang besar dan tinggi untuk bisa membawa bahan-bahan cetak yang dibutuhkan dalam membangun struktur yang besar. Printer ini bekerja dengan gerak melingkar untuk membangun dinding dan langit-langit rumah, dari dasar sampai atas, lapis demi lapis," ujar mereka.
Sejatinya, ini bukanlah printer 3D pertama yang digunakan untuk membangun rumah. Pada 2014, sebuah perusahaan China membangun perangkat yang bisa mencetak bagian-bagian rumah secara terpisah, hanya dengan harga di bawah US$5.000.
WASP mengklaim jika penggunaan BigDelta sangat mudah, cepat dan lebih terjangkau.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sebelumnya PBB pernah mengeluarkan laporan jika kebutuhan rumah di negara miskin belum bisa dipenuhi. Setiap harinya dibutuhkan 100.000 unit rumah berharga murah sampai 2030 nanti, seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia di negara tersebut.