1.100 Pekerja Web Belanja Groupon Terancam PHK
Rabu, 23 September 2015 - 07:36 WIB
Sumber :
- BBC
VIVA.co.id
- Perusahaan situs web yang menawarkan diskon, Groupon, berencana memangkas 1.100 pekerjanya yang tersebar di seluruh dunia pada September 2016, sebagai bagian dari upaya untuk menata kembali bisnisnya.
Dilansir dari BBC, Rabu 23 September 2015, perusahaan yang menawarkan penawaran belanja harian, mengatakan pemutusan hubungan kerja (PHK) akan dilakukan di penjualan dan departemen layanan pelanggan.
Sejumlah negara yang tercatat adalah Thailand, Taiwan, dan Maroko. Rencana PHK akan dilakukan pada awal tahun untuk karyawan yang berada di Yunani, Turki, dan India.
Groupon diluncurkan pada 2008, sebagai sebuah situs web bagi perusahaan untuk menarik pelanggan melalui penawaran diskon.
Namun, banyak bisnis yang digunakan Groupon berjuang untuk mengubah pembeli diskon menjadi klien jangka panjang.
Meningkatnya persaingan seperti keberadaan situs LivingSocial dan penawaran menarik dari Amazon dan eBay berdampak pada bisnis Groupon.
Groupon mengatakan kepada regulator, tidak mengharapkan untuk melihat penghematan yang signifikan dari PHK dan akan mengambil biaya US$35 miliar untuk menutupi reorganisasi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Rice menyoroti kesulitan dari pelaku usaha kecil dan menengah yang menggunakan layanan Groupon. Banyak bisnis
melaporkan kehilangan uang saat terjadi transaksi.
"Apa yang saya lihat adalah kualitas promosi yang lebih buruk. Mereka berasal dari pedagang yang tidak diketahui," kata Profesor Utpal Dholakia, penulis hasil studi tersebut.
Groupon adalah sebuah situs web diskon hari ini, yang menampilkan sertifikat hadiah diskon yang dapat ditukarkan di perusahaan lokal, atau nasional. Groupon diluncurkan pada November 2008, dengan wilayah pasar pertamanya, yaitu Chicago, kemudian Boston, New York City, dan Toronto.
Pada Oktober 2010, Groupon melayani lebih dari 150 pasar di Amerika Utara dan 100 pasar di Eropa, Asia, dan Amerika Selatan, dan telah memiliki 35 juta pengguna terdaftar. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Apa yang saya lihat adalah kualitas promosi yang lebih buruk. Mereka berasal dari pedagang yang tidak diketahui," kata Profesor Utpal Dholakia, penulis hasil studi tersebut.