Ilmuwan Ini Klaim Temukan Obat Pembunuh Semua Virus

Ilustrasi pil.
Sumber :
  • Reuters/Srdjan Zivulovic

VIVA.co.id - Sebuah obat tunggal diklaim bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit akibat virus. Obat itu disebut sebagai 'antibiotik untuk virus' yang bisa mencegah virus masuk ke dalam sel tubuh dan menyebabkan infeksi.

Diklaim para penemunya, ini akan menjadi obat paling efektif yang bisa melawan berbagai jenis virus. Tidak hanya flu, tapi juga Ebola, penyakit kuning, sampai virus mematikan lainnya. Tidak seperti antibiotik biasa.

Penemunya adalah seorang peneliti dari Wellcom Trust Sanger Intitute, Cambridge, Inggris bernama Paul Kellam. Obat ini semakin mungkin menjadi kenyataan berkat penemuan gen yang membuat orang-orang bisa bertahan dari flu.

"Ratusan ribu warga Inggris yang memiliki DNA tertentu berpotensi empat kali lipat lebih berbahaya terkena virus ketimbang DNA normal. Sebuah gen bernama IFITM3 menciptakan senyawa yang bisa menghentikan virus flu menyerang sel tubuh," ujar Kellam, seperti dilansir dari Daily Mail, Selasa 8 September 2015.

Tidak hanya mencegah dan mengobati, obat ini juga diklaim Kellam bisa memulihkan seorang pasien dengan cepat. Meski flu dianggap penyakit yang tidak terlalu berbahaya, namun bisa juga mematikan.

Begini Rupa Api Jenis Baru

Dalam data yang disebutkan Kellam, ada 12.000 warga Inggris yang tewas karena flu setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua. 0,3 persen warga Inggris memiliki potensi untuk terserang flu hebat.

Yang paling menarik, obat ini juga bisa memproteksi manusia dari virus yang memiliki mekanisme sama dengan flu, menyerang sel tubuh. Penyakit yang serupa itu seperti Ebola, demam berdarah dan penyakit kuning.

Ebola sempat menjadi virus paling mematikan di Afrika tahun lalu hingga saat ini. Demam berdarah memakan sekitar 25.000 jiwa setiap tahunnya di negeri tropis. Sedangkan penyakit kuning menewaskan 30.000 orang di dunia setiap tahunnya.

"Saya yakin obat multiguna ini bisa dikomersilkan dalam waktu dekat, kemungkinan lima sampai 10 tahun ke depan. Saat ini masih diformulasikan," ujar Prof. Kellam yakin. (ase)