Belajar dari Si Kaya dan Si Miskin
- Dokumentasi Haesanmul Gansig
VIVA.co.id - Selama ini ada gap atau kesenjangan antara paradigma orang biasa dengan orang kaya. Pertama kita punya anggapan orang kaya sudah lulus beban kehidupan punya simpanan uang banyak, persoalannya kenapa mereka tidak mau membantu yang miskin?
Pasti mereka pelit, tidak berperasaan atau tidak peka dengan situasi penderitaan yang di bawah. Itu pemikiran kita. Seandainya ada pertukaran posisi seperti pertukaran pelajar, kita sejenak hidup di posisi orang kaya barulah kita paham kondisi mereka.
1. Orang kaya memiliki bagasi besar. Tidak bisa bebas seperti orang miskin. Dengan pinjaman loan Rp5 miliar orang kaya mencicil Rp50 juta per bulan. Bayangkan beban cicilan bank kalau asetnya menganggur Rp100 miliar.
Ada keluarga kaya yang anaknya salah investasi sehingga menanggung hutang sana sini Rp40 miliar. Oleh karena itu seharusnya kita bersikap membantu orang kaya mencari solusi bagi masalah mereka.
2. Orang kaya memandang orang miskin seperti traveller orang petualang atau orang dalam perjalanan. Bebas mau kemana. Sedangkan orang kaya sudah dipatok harus menanggung beban bisnisnya.
Beberapa showroom sepeda motor menanggung utang Rp20 miliar seperti untuk mendekorasi showroomnya dan mengagunkan sertifikat rumah dan rukonya dengan tanggungan anak dan istri.
Lalu Anda mengusulkan kenapa pemilik showroom tidak buka usaha yang lain? Tentu tidak mungkin. Orang kaya banyak yang seperti mendayung boat ke tengah danau. Mau terus masih lama. Mau mundur sudah terlanjur.
Pemilik showroom onderdil, pemilik apotik sudah menanankan uangnya dalam bentuk inventory. Mau diapakan inventory itu semua? Bagi kita, memandang ratusan pemilik showroom heran kenapa mereka terlalu tertutup dengan kacamata kuda? Padahal kalau mereka terbuka satu sama lain mungkin tercipta jaringan raksasa.
3. Orang kaya menanggung piutang. Banyak distributor yang penjualannya kredit sehingga setiap hari mereka terekspos pada kredit atau tagihan macet. Ada yang tagihan penjualan macet di pengadilan Rp2 miliar. Mau bagaimana lagi.
Jadi mereka terekspos menanggung risiko penjualan kredit skala besar. Jangan heran ketemu mereka, orang kaya bersikap tough atau keras itu karena beban tanggungan bisnis mereka. Kalau bisa mereka ikut kita memancing lele dan keluar dari lingkaran setan.
Barulah setelah ada pertukaran posisi antara orang kaya dan miskin masing-masing memahami kondisi keterikatannya. Seperti Princess Diana yang terkurung oleh kehidupan kerajaan.
Ir. Goenardjoadi Goenawan MM.
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen.
Buku terbaru Money Intelligent: Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM) , Kategori : Manajemen, Harga: 43.800
Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis (Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.) , Kategori : Manajemen, Harga: 47.800 Mulai tersedia di toko-toko buku terdekat.