Ada Kebun Raya Baru di Banyumas
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id - Obyek wisata favorit Provinsi Jawa Tengah, Baturraden, di Kabupaten Banyumas segera memiliki wahana baru, yakni wisata Kebun Raya (KR). Destinasi wanawisata di lereng Gunung Slamet itu telah mendapatkan rekomendasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan akan diresmikan oleh pemerintah pada bulan November 2015 mendatang.
Kebun Raya Baturraden nantinya akan berkonsep seperti Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas yang memiliki ribuan koleksi tumbuhan serta berwawasan konservasi penelitian pendidikan dan wisata.
Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden, Jawa Tengah, Ammy Rita Manalu, mengatakan, KR Baturraden dibangun di luas lahan 143,5 hektare di Kelompok Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur.
Nantinya, wisata baru ini akan terpilih mewakili seluruh flora khas pegunungan di Jawa dengan total koleksi 2.637 spesimen tanaman. Terdiri atas 571 spesies, 394 marga dan 196 suku.
"Perencanaan Kebun Raya Baturraden sendiri sudah sejak 2004 lalu. Namun. baru terlaksana di tahun ini dan kita resmikan 12 November 2015," kata Ammy di sela-sela tinjauan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Baturraden, Banyumas, Sabtu 5 September 2015.
Saat ini, realisasi pembangunan baru mencapai 11,5 persen. Rinciannya, 10 persen untuk area koleksi dan 1,5 sarana prasarana seperti perkantoran, peneletian rekreasi dan zona hutan. Seluas 88,5 persen dari total lahan belum digarap.
Rencana pembangunan Kebun Raya Baturraden akan berjalan selama 10 tahun dengan biaya mencapai Rp300 miliar.
Kendati demikian, proses pembangunan kini masih terganjal beberapa persoalan. Salah satunya, adanya kendala di Perhutani terkait penebangan 161 pohon yang digunakan untuk lokasi kebun raya.
Gubernur Jawa Tengah menginginkan agar konsep bangunan Kebun Raya Baturraden bisa bertahan lama hingga ratusan tahun mendatang. Menurutnya, tim pelaksana kontruksi bangunan bisa meniru model Kebun Raya Cibodas yang tetap menarik meski berusia tua.
"Maka ini harus dipersiapkan betul agar kontruksinya seperti pintu masuk bisa awet," kata Ganjar.
Untuk skema pembiayaan sebesar Rp300 miliar, Ganjar menginginkan selain mendapatkan dari APBN maupun APBD, bisa dicarikan lewat perusahaan swasta yang bergerak di bidak perkayuan dan konservasi.
"Banyak cara selain APBD dan APBN, kita bisa undang sponsor. Beberapa hal itu bisa dilakukan. Kalau satu perusahaaan saja bisa Rp1 miliar saja, jumlah Rp300 miliar itu sedikit," kata dia. (one)