LIPI: 2-3 Bahasa Daerah Terancam Punah
- Santosa Suparman/Bantul
VIVA.co.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai melihat pentingnya perkembangan teknologi bagi dunia penelitian. Media digital yang disoroti LIPI yaitu konten visual.
Bagi peneliti, konten visual bisa menjadi penolong keberlangsungan riset di Indonesia. Bahkan media visual bisa menolong bahasa daerah yang kian terancam punah.
"Saat ini cenderung (ada) kepunahan bahasa daerah. Itu (bahasa daerah) perlu divisualisasikan. Misalnya mimik wajah itu perlu (divisualisasikan)," kata Bambang Subianto, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, di kantornya, Jakarta, Selasa, 1 September 2015.
Bambang mengatakan, saat ini ada potensi dua sampai tiga bahasa daerah yang hilang. Untuk itu perlu ada tindakan segera dari peneliti terkait. Sayangnya, penyelamatan potensi kepunahan bahasa daerah itu justru dilakukan peneliti asing. Bambang prihatin keterlibatan peneliti lokal dalam bahasa daerah kalah dengan peneliti luar negeri.
"Celakanya, yang senang penelitian bahasa itu adalah orang asing," ujar dia.
Untuk itu, dalam konteks ini gagasan penyatuan data penelitian dalam satu pintu menjadi sangat penting. Satu pintu penelitian akan mengamankan kepentingan nasional. Bambang mengatakan, dengan kondisi data penelitian masih tersebar di berbagai lembaga di Tanah Air menjadi pintu bagi peneliti asing untuk turun ke daerah-daerah.
"Peneliti luar harusnya bisa akses ke pusat (data penelitian secara nasional), tapi karena data yang dibutuhkan tidak ada, dia datang ke daerah. Apalagi pengolahan data di universitas juga lebih longgar," ujar Bambang.
Dalam mewujudkan gagasan satu pintu data penelitian di Indonesia, LIPI pada 1-2 September 2015 menyelenggarakan lokakarya pengelolaan data penelitian dan ilmiah. Diharapkan, lokakarya bisa melahirkan komitmen antarlembaga penelitian di Indonesia untuk mewujudkan satu pintu. LIPI menyatakan, dalam membangun satu pintu data penelitian itu, lembaga penelitian tersebut tak memberikan keamanan khusus.
(mus)