Redam Kenaikan Daging Ayam, Efisienkan Rantai Distribusi
Senin, 31 Agustus 2015 - 16:57 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Rantai distribusi menjadi salah satu penyebab tingginya harga daging ayam di pasaran, situasi tersebut telah menyebabkan lonjakan harga hingga empat kali lipat dari harga jual di tingkat peternak.
Perlu usaha serius dari pemerintah untuk melakukan efisiensi rantai distribusi dan memperhatikan kesejahteraan peternak ayam dengan menjaga stabilitas Harga Pokok Produksi (HPP) ayam di bawah harga jual ayam hidup sehingga peternak masih bisa mendapatkan keuntungan dari usahanya.
“Mendesak pemerintah untuk memotong rantai distribusi yang tidak efisien yang telah menyebakan mahalnya harga daging ayam, selain itu, meminta pemerintah melakukan koordinasi berkala kepada asosiasi pedagang, asosiasi peternak, asosiasi rumah potong unggas, dan stake holder lainnya,” jelas Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar di Jakarta, Jumat 28 Agustus 2015.
Dikabarkan dari Bandung sehari setelah masa demo mogok yang dilakukan oleh para pedagang daging ayam sejak Kamis lalu. Harga daging ayam di pasaran masih dikategorikan tinggi. Seperti harga daging ayam di Pasar Cihaurgeulis, yang ada pada kisaran Rp39.000. Meskipun ada penurunan harga Rp1000 dari harga awal sebelum demo berlangsung. Pedagang ayam mengaku, di hari pertama kemarin, masih sepi pembeli.
Kementerian perdagangan dan kementerian pertanian harus berkoordinasi untuk mensikronkan serta mengatur tata niaga daging ayam, pesan tersebut ditegaskan dalam rapat kerja Kamis, 27 Agustus 2015 antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian pertanian.
DPR mendukung langkah Pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi, daging ayam, dan pangan pokok lainnya, serta menindak tegas importir atau pelaku usaha pangan yang melakukan penimbunan daging sapi, daging ayam, dan pangan pokok lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Rofi, tingginya harga daging ayam di pasaran dinilai sebagai dampak dikuranginya pasokan bibit ayam atau day old chicken (DOC) sejak awal 2015. Pemerintah mengurangi pasokan bibit ayam hingga 30 persen, belum lagi kenaikan harga pakan ayam yang disebabkan nilai tukar dollar terhadap rupiah.
Baca Juga :
Banggar DPR: Target Tax Amnesty Terlalu Ambisius
Baca Juga :
Komisi XI: Postur APBN-P 2016 Tidak Kredibel
Rofi mengatakan, ada berapa jumlah perusahaan yang beroperasi di pasar, bagaimana barrier to entry and exit bagi perusahaan, dan karakteristik produk yang diperdagangkan sangat menentukan struktur pasar yang terbentuk. Dari struktur pasar ini muncul pengaruh untuk mempengaruhi harga pasar dari kekuatan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam pasar tersebut.
“Secara umum pasar daging ayam terbentuk secara oligopoli, dimana perusahaan tunggal atau beberapa perusahaan dominan akan berperilaku sebagai pembentuk harga, yang memiliki keleluasaan dalam menetapkan harga dan menentukan margin seoptimal mungkin,” katanya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Rofi mengatakan, ada berapa jumlah perusahaan yang beroperasi di pasar, bagaimana barrier to entry and exit bagi perusahaan, dan karakteristik produk yang diperdagangkan sangat menentukan struktur pasar yang terbentuk. Dari struktur pasar ini muncul pengaruh untuk mempengaruhi harga pasar dari kekuatan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam pasar tersebut.