Spesies Udang dari Papua Ini Dinamai 'Snowden'
- www.theregister.co.uk
VIVA.co.id - Ada penamaan temuan unik atas spesies baru di Indonesia. Peneliti biologi Jerman telah menamai spesies udang karang baru dengan mengambil nama figur populer, Edward Snowden.
Menurut The Register, Jumat 28 Agustus 2015, peneliti Jerman menamai udang karang jenis baru yang ditemukan di sungai tawar Papua Barat itu dengan Cherax snowden.
Peneliti mengaku terinspirasi dengan sepak terjang Snowden yang merupakan mantan kontraktor Badan Keamanan AS (NSA). Udang kerang baru dan Snowden dianggap memiliki hal yang sama yaitu cangkang keras. Peneliti melihat dengan 'cangkang keras' tersebut, kedua spesies itu bisa bersembunyi dari musuh-musuh mereka.
Christian Lukhaup dan dua peneliti lain, yaitu Jörn Panteleit dan Anne Schrimpf menamai udang karang baru itu dengan Snowden dan telah diterbitkan dalam jurnal Zookeys.
"Setelah menjelaskan beberapa spesies baru, saya berpikir menamai udang karang satu itu dengan Edward Snowden, karena dia benar-benar mengesankan," kata Lukhaup dikutip dari The Wahington Post.
Lukhaup mengaku penamaan itu memang sebagai bentuk dukungan bagi pembocor dokumen rahasia pemerintah AS tersebut.
Keunikan penamaan tersebut juga tak lepas dari aturan kelonggaran penamaan spesies baru. Disebutkan peneliti zoologi punya kebebasan dalam penamaan di jurnal akademik.
Kemudian Jerman memang negara yang menghormati perjuangan Snowden. Tak heran, sebab negeri Kanselir ini merupakan salah satu negara paling sadar privasi di dunia. Bahkan saking terinspirasi dengan Snowden, pada Juni lalu, taman kota Dresden di Jerman diubah namanya menjadi taman Snowden.
Riwayat penamaan dengan mengambil nama tokoh tertentu ini bukan yang pertama. Sebelumnya peneliti biologi menamai spesies baru jenis cumi-cumi chelapod dengan mengambil nama pakar kriptografi, privasi dan keamanan maskapai, Bruce Schneier.
Peneliti menjelaskan udang karang Snowden banyak diperdagangkan secara global maupun menjadi buruan penduduk Papua Barat untuk dimakan. Namun sayangnya, kata peneliti, spesies baru itu terancam populasnya di masa depan. (ren)