Rezim Mata Uang Tunggal Internasional Harus Diakhiri
Kamis, 27 Agustus 2015 - 08:51 WIB
Sumber :
- REUTERS
VIVA.co.id
- Seiring dengan perkembangan ekonomi global, dunia setidaknya punya tiga mata uang internasional yang menyeimbangi dolar Amerika Serikat yang terlalu dominan saat ini. Tiga mata uang diharapkan bisa menjaga stabilitas perekonomian global.
Baca Juga :
Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS
"Kalau mau stabil, dunia itu perlu punya tiga mata uang. Jangan hanya dolar AS," kata mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier, di Jakarta, Rabu malam.
Fuad berujar dua mata uang yang berpotensi menjadi mata uang internasional adalah yuan dan euro. Untuk yuan, Tiongkok punya pendapatan domestik bruto (PDB) yang besar seperti Amerika Serikat.
"Euro sudah pernah dicoba, tapi, kurang kuat, bermasalah karena terlalu banyak negara di dalamnya," kata dia.
Fuad menjelaskan, kelebihan AS yang menyebabkan mata uangnya dominan karena negara tersebut memiliki 20 persen PDB dunia. Namun, kalau hanya satu mata uang internasional, hal ini akan ini memberatkan Amerika Serikat dan dunia.
"Semuanya sangat bergantung pada AS dan Federal Reserve (The Fed). Ketika The Fed mengumumkan kebijakan, kita goyang," kata dia.
Fuad pun optimistis yuan dan euro bisa mendampingi dolar AS guna menstabilkan keuangan global. Dampaknya pun akan positif bagi perekonomian Indonesia apabila ada tiga mata uang internasional.
"Kita akan lebih stabil kalau punya beberapa cadangan devisa. Jadi, cadangan devisa kita itu lebih bervariasi. Diversifikasi cadangan devisa kita tak hanya satu mata uang tunggal," kata dia.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Euro sudah pernah dicoba, tapi, kurang kuat, bermasalah karena terlalu banyak negara di dalamnya," kata dia.