Menderita Sindrom Langka, Gadis Ini Bisa Tidur 10 Hari

Georgia Green, gadis penderita sindrom Putri Tidur
Sumber :
  • Facebook/Georgia Green
VIVA.co.id –
Siapa yang tidak tahu tentang kisah Putri Tidur? Dia dikutuk oleh penyihir jahat sehingga tertidur hingga ada Pangeran Tampan yang membangunkannya dengan ciuman dari cinta sejati.


Tapi, kisah Putri Tidur bukan hanya milik Disney. Di Adelaide, Australia, hidup gadis bernama Georgia Green, yang juga dikenal sebagai sang Sleeping Beauty.


Ada alasan tersendiri mengapa Green dikenal sebagai Putri Tidur. Gadis berusia 19 tahun itu menderita penyakit langka yang disebut sindrom Kleine-Levin (KLS). Penyakit itu membuat Green bisa tidur dan tidak bangun hingga 10 hari.


“Ketika penyakit itu menyerang, saya bisa tidak bangun hingga 10 hari,” kata Green, yang dilansir
Daily Mail.


Menurut Green, tidak ada gejala jelas yang menyertai datangnya si penyakit.


“Hanya ada perasaan sedikit pening dan tahu-tahu saya sudah tertidur,” ucapnya.


Sebelumnya, keluarga tidak tahu apa yang terjadi dengan Green. Setelah serangkaian tes, mulai dari tes darah, MRI dan pindai otak, juga beragam pengobatan, akhirnya Green didiagnosa menderita KLS tiga tahun lalu.


Penyakit langka ini diketahui hanya menyerang satu dari sejuta orang. Para pengidap KLS umumnya tiba-tiba terlelap dalam jangka waktu 12-18 jam, dan selalu merasa seperti hendak tertidur sepanjang waktu.


Saking takutnya tiba-tiba jatuh tertidur dan tidak bangun lagi, imbasnya Green jadi menderita insomnia.


“Saya takut tidur,” kata dia.

Ditemukan, Surat untuk Santa Lebih 60 Tahun Lalu

Selain itu, setelah ‘hilang’ selama 10 hari akibat sindrom Putri Tidur yang dia derita, Green butuh dua hari untuk kembali merasa normal.
Berlian Langka Nan Magis Terjual Rp6,5 Miliar


Perempuan Baik Hati, Lindungi Polisi dari Hujan Lebat
Oleh karena itu, Green memilih keluar dari sekolah karena dia banyak kehilangan jam belajar.


Tidak hanya kehilangan waktu, Green juga kerap mengalami rasa kalap terhadap makanan juga perubahan mood yang sangat cepat.

Sejak didiagnosa, Green sudah mengalami 35 kali serangan, yang membuat dia kehilangan satu tahun dari hidupnya.


“Saya ingin punya hidup normal, saya merindukan teman-teman saya. Sindrom ini menghancurkan hidup saya,” ujar dia.


Sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan obat untuk mengobati penyakit langka tersebut.


Selain itu, dunia medis modern baru tahu sedikit mengenai KLS. Pertama kali diidentifikasi oleh ahli saraf asal Jerman Will Kleine pada 1925 dan psikiater Amerika Serikat Max Levin di tahun 1936.


Mereka yang mengalami sindrom ini bisa tertidur dalam waktu yang cukup lama, dari hitungan hari hingga bulan. KLS umumnya menyerang anak-anak dan remaja, dan gejalanya mulai berkurang di usia 30an. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya