Sosialisasi Lewat Pergelaran Seni Budaya Jangkau Kabupaten
VIVA.co.id - Kepala Biro Humas MPR Ma'ruf Cahyono mengungkapkan, pergelaran seni budaya sebagai varian dalam sosialisasi empat pilar MPR secara bertahap akan diusahakan menjangkau banyak kabupaten di Indonesia.
"Pergelaran seni budaya sudah dilaksanakan di tingkat provinsi, dan kami usahakan nanti diselenggarakan di setiap kabupaten," kata Ma'ruf Cahyono di sela acara pergelaran wayang kulit di Alun-alun Blora, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Menurut Ma'ruf, sosialisasi melalui seni budaya merupakan salah satu varian dari berbagai metode yang sudah dilaksanakan. Sosialisasi empat pilar sudah dilakukan dengan berbagai metode seperti tatap muka anggota MPR, outbound, dan seminar-seminar.
"Tidak hanya wayang, budaya nusantara sangat variatif, karena saat kita melakukan sosialisasi melalui metode ini, akan disesuaikan dengan budaya masing-masing daerah," tuturnya.
Yang terpenting, Ma'ruf melanjutkan, pesan-pesan empat pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) dapat tersampaikan ke masyarakat melalui pergelaran seni budaya. "Nanti kita usahakan pergelaran seni budaya menjangkau setiap kabupaten," katanya.
Ketika membuka kegiatan wayang, Ketua Badan Pengkajian Bambang Sadono mengungkapan, pergelaran wayang di Kabupaten Blora membuat iri kabupaten lain. "Kita akan minta MPR membuat kegiatan ini di kabupaten lain di Jawa Tengah," katanya.
Menjawab keinginan itu, Kepala Biro Humas Ma'ruf Cahyono akan mengusahakan pergelaran seni budaya di kabupaten-kabupaten. Ma'ruf berharap dalam lima tahun ke depan, sosialisasi melalui pergelaran seni budaya sudah bisa menjangkau banyak kabupaten di Indonesia.
Selain itu, MPR terus memperbaiki metode sosialisasi, sehingga tidak hanya pengetahuan tapi juga direalisasikan. Tidak hanya pada tataran konsep, tapi sudah pada perilaku. "Ini yang kita namakan dengan gerakan “Ini Baru Indonesia'," katanya.
Ma'ruf mencontohkan "Ini Baru Indonesia" antara lain soal toleransi, musyawarah mufakat, dan gotong royong. "Jika nilai-nilai itu dijalankan, tidak ada peristiwa seperti di Tolikara, Papua," ujarnya.