Mengintip Langkanya Koleksi Perangko Usia Setengah Abad
- dok.galeri apik
VIVA.co.id - Galeri Apik kembali menggelar pameran koleksi karya seni. Setelah sukses memamerkan ratusan batik, tenun, kebaya kuno yang langka, kini galeri yang berlokasi di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan itu menampilkan pula koleksi vintage stamps (perangko kuno) dikontraskan dengan koleksi seni rupa kontemporer.
Perangko 52 negara yang dipamerkan mencapai usia 50 tahun. Perangko paling muda buatan tahun 1970. Tak hanya perangko asal negeri sendiri, tapi dari berbagai belahan dunia lain. Antara lain, Malaya (saat sebelum berpisah jadi Singapura dan Malaysia), Chekoslavia, Turki, Saudi Arabia, Jerman, Tunisia, Mesir, Belanda, Peru, Hong Kong, Italia, Argentina, Filipina, Meksiko, Thailand, Perancis, Belgia, Finlandia, Uni Sovyet (USSR/CCCP), Jepang, Denmark, Amerika Serikat, Norwegia, Inggris, Australia, Singapura, Spanyol, Senegal, Hungaria, Nigeria, 32. Brazil, Rumania, Ghana, Kuwait, Polandia, Kenya, India, Ekuador, UAE-Sharjah, Switzerland, Cuba, Colombia, New Zealand, Mongolia, Korea, Srilanka, Burundi, United Nations (PBB), Papua Nugini, Republik Cabo Verde (ex jajahan Portugis, dekat Yunani) dan Swedia.
Bahkan, ada perangko sewaktu Filipina masih kepulauan bagian dari Amerika Serikat. Ada juga perangko seri film Little House on the Prairie (Laura Ingals) terbitan USA yang pernah tayang di salah satu televisi di Tanah Air. Sedangkan perangko Indonesia ada yang terbitan 1958. Vintage stamps itu bakal dipamerkan dalam even bertajuk "ConTemporary or Temporary: Visual Arts and Vintage Stamps Exhibitions" dari 2 Agustus sampai 1 September 2015.
"Perangko juga bagian dari seni. Dibuat oleh seniman, dilukis di atas kertas, baru dicetak menjadi perangko," ujar Direktur Galeri Apik, Rahmat kepada VIVA.co.id, Minggu, 2 Agustus 2015.
Menurut dia, perangko adalah bagian dari seni kontemporer. Dibuat sesuai jamannya, guna suatu motif atau berbagai tujuan dan berkonsep demi masa depan.
"Perangko seiring waktu pada akhirnya juga bisa bernilai mahal karena keantikan, keunikan, dan nilai sejarahnya. Sehingga di berbagai belahan dunia diakui memiliki fungsi investasi seperti halnya lukisan. Sebagian perangko bahkan telah bernilai lebih tinggi daripada lukisan," ujarnya menambahkan.
Tak heran, di pameran kali ini pihaknya menyandingkan vintage stamps dengan koleksi lukis kontemporer, antara lain karya Di Lifeng, Song Yonghong, S Priadi, Dadan Setiawan, Andi Mieswandi, dan Aan Arif Rahmanto. Seperti juga pameran sebelumnya, ada misi yang ingin disampaikan kepada masyarakat seni.
Sebagai pemilik galeri dan kolektor seni, Rahmat sengaja mengangkat tema di atas untuk mengangkat realitas di masyarakat seni Tanah Air. Dia menilai, banyak kolektor dan seniman yang terjebak dengan istilah kontemporer.
(mus)