Lapan: Ada Potensi Perbedaan Jatuhnya 1 Syawal
Kamis, 9 Juli 2015 - 13:45 WIB
Sumber :
- FOTO ANTARA/Widodo S Jusuf
VIVA.co.id
- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa ada potensi perbedaan pada perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah.
"Ada kemungkinan perbedaan jatuhnya 1 Syawal. Sebab, hilal susah untuk dilihat, sangat mustahil," ujar Thomas kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon, Kamis 9 Juli 2015.
"Ada kemungkinan perbedaan jatuhnya 1 Syawal. Sebab, hilal susah untuk dilihat, sangat mustahil," ujar Thomas kepada VIVA.co.id melalui sambungan telepon, Kamis 9 Juli 2015.
Saat disinggung lebih lanjut mengenai mustahil dilihatnya hilal ini, Thomas menjelaskan kalau tinggi bulan rata-rata kurang dari tiga derajat, sehingga itu dirasa sulit untuk melihat hilal. Terlebih lagi, kontras antara cahaya hilal tipis dan cahaya senja yang kuat.
"Dengan ufuk masih ketinggian kurang dari tiga derajat itu cahaya senja masih kuat, terlalu dekat dengan Matahari. Jadi, mustahil untuk dilihat," tutur Thomas yang juga menjadi Anggota Tim Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI.
Dengan kemungkinan itu, tambah Thomas, akan ada perbedaan perayaan Lebaran tahun ini, atau jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah. Potensi tersebut, menjadi sebagian Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam akan ada yang mengikuti keputusan pemerintah dan ada yang hanya menjalankan ibadah Puasa hingga 16 Juli, kemudian merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli.
"Ada potensi perbedaan, bila pemerintah memutuskan Lebaran jatuh pada 18 Juli, maka kemungkinan Muhammadiyah akan tetap merayakan Lebaran di tanggal 17 Juli," ucap Thomas.
Di luar kemungkinan-kemungkinan itu, Thomas menyarankan, agar masyarakat turut mengikuti kebijakan pemerintah mengenai jatuhnya 1 Syawal ini.
"Pada tanggal 16 Juli akan diadakan sidang isbat, itu pemerintah akan memutuskannya. Diharapkan, masyarakat dapat mengikuti pemerintah, apa pun keputusannya," tambah dia. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Saat disinggung lebih lanjut mengenai mustahil dilihatnya hilal ini, Thomas menjelaskan kalau tinggi bulan rata-rata kurang dari tiga derajat, sehingga itu dirasa sulit untuk melihat hilal. Terlebih lagi, kontras antara cahaya hilal tipis dan cahaya senja yang kuat.