Menristek Ingin Ajak Masyarakat Kenali Reaktor Nuklir

Menristek Dikti M Nasir
Sumber :
  • VIVA/Agus Tri

VIVA.co.id - Masyarakat saat ini masih asing dengan keberadaan nuklir di tengah-tengah mereka, terutama bila dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.

Tak Di-reshuffle, Menristekdikti Beberkan Terobosannya

Untuk itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ingin mengadakan program wisata edukasi tentang nuklir.

"Ke depan saya ingin masyarakat untuk datang ke reaktor (nuklir) itu seperti apa. Kami selalu utamakan safety, secure, dan efisien," ujar Menteri Ristek dan Dikti, Muhammad Nasir di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang, Selasa, 7 Juli 2015.

Sayangnya, Nasir tidak menjelaskan kapan program wisata edukasi mengenai nuklir ini kepada masyarakat kapan akan mulai diperkenalkan.

Nasir mengaku heran dengan sikap masyarakat yang merasa khawatir dan merasa terancam dengan keberadaan reaktor nuklir di tengah-tengah lingkungannya.

"Kita punya reaktor nuklir sudah 50 tahun, yang meresmikan itu Presiden Soekarno pada tahun 1965 di Bandung. Kemudian dikembangkan oleh Presiden Soeharto hingga Megawati. Di Serpong sendiri sudah ada sejak 27 tahun. Mereka pikir nuklir berbahaya, tapi sudah 50 tahun dan tidak terjadi apa-apa," Nasir menjelaskan.

Menurutnya, tidak ada korelasi antara masalah bahaya atau tidak adanya reaktor nuklir ini. Ia memandang kalau rasa ketakutan tersebut berdasarkan dari diri sendiri, padahal diketahui nuklir bisa dimanfaatkan lebih baik untuk riset.

Saat ini, Kementerian Ristek Dikti bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) terus berusaha mensosialisasikan adanya reaktor nuklir untuk pemanfaatan kebutuhan sehari, seperti untuk pangan dan kesehatan.

Saat mengunjungi reaktor nuklir yang berada di Puspiptek, Nasir menyarankan agar Batan terus mengembangkan inovasi pemanfaatan nuklir, selain untuk pangan dan kesehatan.

"Pengembangan Batan itu tidak hanya kesehatan dan pangan saja, tapi listrik juga bisa atau tidak. Tapi untuk ini untuk riset saja, bukan untuk komersialisasi. Nanti masyarakat geger lagi," kata Nasir. (ase)