Amerika Akan Dirikan Markas Perang di Luar Angkasa

OCO-2 untuk monitor karbon dioksida
Sumber :
  • oco.jpl.nasa.gov

VIVA.co.id - Departemen Pertahanan Amerika mengumumkan akan membangun markas perang di orbit bumi. Markas ini akan dijadikan tempat untuk mengantisipasi ancaman China dan Rusia terhadap aset Amerika di luar angkasa.

Dari markas itu, semua satelit milik Amerika akan dipantau. Jika terlaksana, Amerika akan menjadi negara pertama yang mampu memantau satelit militer dan mata-mata dalam satu lokasi. Proyek ini dikabarkan akan dilaksanakan dalam waktu enam bulan ke depan.

Pengumuman ini diungkap oleh Wakil Sekretaris Pertahanan, Robert Work dalam sebuah simposium di Washington, Geospatial Intelligence (GEOINT).

"Jika musuh mampu mengambil ruang angkasa dari kami, upaya pengintaian di daerah potensial konflik harus bisa dilemahkan. Meski luar angkasa adalah tempat suaka virtual, maka sekarang harus dianggap sebagai domain operasional yang belum pernah kita pikirkan di masa lalu," ujar Work, seperti dikutip Mail Online, Kamis 25 Juni 2015.

Pendanaan untuk fasilitas ini akan mengambil sebagian dari pengeluaran keamanan luar angkasa yang digelontorkan Departemen Pertahanan Amerika, sebesar US$5 miliar.

Kejahatan dan Ide Penjara di Luar Angkasa

Namun Work mengakui jika belum ada kejelasan mengenai bagaimana satelit-satelit itu bisa dilindungi dari serangan. Yang pasti, markas itu akan menjadi tempat kordinasi untuk mengumpulkan data dari satelit-satelit pemerintah.

Mereka akan bekerja sama dengan Joint Space Operations Center yang berlokasi di Vandenberg Air Force Base, California.

Rencana ini diakui Work sebagai bagian dari upaya pertahanan luar angkasa Amerika, sejak muncul isu bahwa China diduga sedang mengembangkan perangkat penghancur satelit dan akan segera mengadakan uji coba.

Pada 2007 lalu, China diisukan berhasil melakukan uji coba peledakan satelit di orbit terendah bumi dengan misil berkekuatan kinetik. Uji coba itu dikecam Amerika. Alasannya, karena akan menimbulkan bayak sampah di luar angkasa, yang sampai sekarang belum ada solusi untuk membersihkannya.

Lalu, uji coba peledakan kedua dilakukan pada 2010, dipercaya telah meledakkan sebuah satelit di orbit yang lebih tinggi. Di orbit geostasioner tersebutlah beroperasi ratusan satelit komunikasi dari banyak negara.

China bukanlah satu-satunya negara yang mampu menghancurkan satelit dari jarak jauh. Amerika pernah melakukan uji coba antisatelit pada 1985, meski programnya dihentikan pada 1988.

Stephen Hawking Punya Misi Antariksa Baru

Sedangkan Uni Soviet juga mengembangkan senjata antisatelit bernama Istrebitel Sputnik pada 1960. (ase)

2017, Moon Express Buka Perjalanan Wisata ke Bulan

Mereka mengklaim telah mendapatan izin dari pemerintah federal.

img_title
VIVA.co.id
5 Agustus 2016